Sekolah Nabi Saleh A.S

A. Nabi Saleh Berdakwah di Tengah-tengah Kaumnya
Tsamud adalah nama suku yang oleh sementara ahli sejarah dimasukkan bagian dari bangsa Arab. Adapula yang menggolongkan mereka ke dalam bangsa Yahudi. Mereka bertempat tinggal di suatu dataran bernama "Alhijir" terletak di antara Hijaz dan Syam, yang dahulu termasuk jajahan dan dikuasai oleh suku 'Ad yang telah habis binasa.
Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam yang dahulu dimiliki dan dinikmati oleh kaum 'Ad, telah diwarisi oleh kaum Tsamud. Semuanya itu menjadikan mereka hidup tenteram, sejahtera dan bahagia, merasa aman dari segala gangguan, dan bahwa kemewahan hidup mereka akan kekal bagi mereka dan anak keturunan mereka.
Kaum Tsamud tidak mengenal Tuhan. Tuhan mereka adalah berhala­berhala yang mereka sembah dan puja, kepadanya mereka berkurban, tempat mereka meminta perlindungan dari segala bala dan musibah dan mengharapkan kebahagiaan. Mereka tidak dapat melihat atau memikirkan lebih jauh, apa yang dapat mereka jangkau dengan panca indera.
Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya berada dalam kegelapan terus me­nerus tanpa diutusnya nabi pesuruh dari sisi-Nya untuk memberi penerangan. Menuntun mereka keluar dari jalan yang sesat kepada jalan yang benar. Oemikian pula Allah tidak akan menurunkan azab atau siksa kepada suatu umat sebelum mereka diperingatkan dan diberi petunjuk oleh-Nya. Sunnatullah ini berlaku pula bagi kaum Tsamud. Kepada mereka telah diutus Nabi Saleh, seorang yang telah, dari keluarga yang terpandang dan dihormati oleh kaumnya. Terkenal tangkas, cerdik, pandai, rendah hati dan ramah tamah dalam pergaulan.
Nabi Saleh memperkenalkan umatnya kepada Tuhan, yang sepa­tutnya mereka sembah. Tuhan Allah yang Maha Esa yang telah menciptakan alam sekitar mereka, menciptakan tanah-tanah subur, menciptakan binatang-binatang yang memberi manfaat bagi mereka. Memberi kepada mereka kenikmatan dan kemewahan hidup dan kebahagiaan lahir batin.
Tuhan yang Maha Esa, yang harus mereka sembah, dan bukan patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu gunung. Yang tidak berkuasa memberi sesuatu kepada mereka, atau me­lindungi mereka dari ketakutan dan bahaya.
Nabi Saleh memperingatkan, bahwa ia adalah salah seorang dari mereka. Terjalin antara dirinya dan mereka, ikatan keluarga. Mereka adalah kaum dan sanak keluarganya. Dan dia adalah seketurunan dan sesuku dengan mereka. la mengharapkan kebaikan dan kebajikan bagi mereka. Sekali-kali tidak akan menjerumuskan mereka ke dalam hal yang membawa kerugian, kesengsaraan dan kebinasaan.
la menerangkan, bahwa ia adalah pesuruh dan utusan Allah. Apa yang ia ajarkan dan dakwahkan kepada mereka adalah amanat Allah, untuk kebaikan mereka semasa hidup dan sesudah mati. la meng­harapkan kaumnya segera meninggalkan persembahan kepada ber­hala-berhala itu, beriman kepada Allah yang Maha Esa seraya ber­to bat dan mohon ampun kepada-Nya, atas dosa dan perbuatan syirik yang selama ini telah mereka lakukan. Allah Maha Dekat kepada mereka, mendengarkan doa mereka, dan memberi ampun kepada yang salah.
Terperanjatlah kaum Saleh mendengar seruan dan dakwahnya. Bagi mereka, itu merupakan hal baru bagi mereka. Maka serentak ditolaknya ajakan Nabi Saleh itu seraya berkata kepadanya: "Wahai Saleh! Kami mengenalmu seorang yang pandai, tangkas dan cerdas. Pikiranmu tajam dan pendapat serta semua pertimbangan selalu cepat. Pada dirimu kami melihat tanda-tanda kebajikan dan sifat­sifat terpuji. Sebetulnya, kami mengharapkan engkau untuk memim­pin kami. Menyelesaikan hal-hal rumit yang kami hadapi. Memberi petunjuk dalam soal-soal yang gelap bagi kami, dan menjadi andalan dan kepercayaan kami di kala kami mengalami krisis dan kesusahan. Namun segala harapan itu menjadi meIeset. Kepercayaan kami ke­padamu tergeIincir hari ini dengan tingkah-tingkah dan tindak tandukmu yang menyalahi adat istiadat dan tata cara hidup. Apakah yang kamu serukan kepada kami? Engkau menghendaki agar kami meninggalkan persembahan kami dan nenek moyang kami, per­sembahan dan agama yang telah menjadi darah daging kami. Men­jadi bagian hidup kami, sejak kami dilahirkan. Kami sekali-kali tidak akan meninggalkan hanya karena seruanmu, dan kami tidak akan mengikuti ajakanmu yang sesat itu. Kami tidak mempercayai omong­anmu, bahkan meragukan kenabianmu. Kami tidak akan mendurha­kai nenek moyang kami dengan meninggalkan persembahan mereka dan mengikuti jejakmu."

Nabi Saleh memperingatkan mereka agar jangan menentangnya. Agar mengikuti ajarannya. Beriman kepada Allah yang telah menga­runiai mereka rezeki yang luas dan penghidupan yang sejahtera.
Diceritakan kepada mereka kisah kaum-kaum yang mendapat siksa dan azab dari Allah karena menentang rasul dan mendustakan risalah-Nya. Hal serupa dapat terjadi, jika mereka tidak mau menerima dakwah dan m.endengar nasehat, yang diberikan secara ikhlas dan jujur. la hanya menyampaikan amanat Allah yang ditugaskan kepa­danya, dan Allah-Iah yang akan memberi upah dan ganjaran untuk usahanya memberi pimpinan dan tuntunan kepada mereka.
Sekelompok kecil dari kaum Tsamud yang kebanyakan terdiri dari orang-orang yang berkedudukan sosial lemah menerima dakwah Nabi Saleh dan beriman kepadanya. Mereka yang tergolong orang­orang kaya, tetap berkeras kepala dan menyombongkan diri. Menolak ajakan Nabi Saleh dan mengingkari kenabiannya.
Mereka berkata: "Wahai Saleh! Kami kira engkau telah kemasukan setan dan terkena sihir. Engkau telah menjadi sinting dan menderita sakit gila. Akalmu sudah berubah dan pikiranmu sudah kaeau. Engkau dengan tidak sadar telah mengeluarkan ueapan yang tidak masuk akal, yang mungkin engkau sendiri tidak memahaminya. Engkau mengaku bahwa engkau telah diutus oleh Tuhanmu, sebagai nabi dan rasul-Nya. Apakah kelebihanmu di atas kami semua sehing­ga engkau dipilih menjadi rasul, padahal orang-orang di antara kami yang lebih patut, lebih eakap untuk menjadi nabi dan rasul daripada engkau. Tujuanmu dengan obrolan dan rupa-rupa uraianmu hanyalah untuk mengejar kedudukan dan ingin diangkat menjadi kepala dan pemimpin bagi kaummu. Jika engkau merasa bahwa engkau sehat badan dan pikiran serta mengaku bahwa engkau tidak mempunyai ambisi dan tujuan yang terselubung dalam dakwah itu, maka henti­kanlah usahamu menyiarkan agama barumu dengan meneerea per­sembahan kami dan nenek moyangmu sendiri. Kami tidak akan mengikuti jalanmu dan meninggalkan jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang tua kami lebih dahulu."
Nabi Saleh menjawab: "Aku telah berulang-ulang mengatakan kepadamu bahwa aku tidak mengharapkan sesuatu daripadamu sebagai imbalan atas usahaku memberi tuntunan dan pengarahan kepada kalian semua. Aku tidak mengharapkan upah atau men­dambakan pangkat dan kedudukan bagi usahaku ini yang aku lakukan semata-mata atas perintah Allah dan daripada-Nyalah kelak aku harapkan balasan dan ganjaran untuk itu. Dan bagaimana aku rnengikutimu dan menelantarkan tugas dan amanat Tuhanku, pada­hal aku telah memperoleh bukti-bukti yang nyata atas kebenaran dakwahku. janganlah sekali-kali kamu berharap bahwa aku akan melanggar perintah Tuhanku dan melalaikan kewajibanku kepada­Nya hanya semata-mata untuk melanjutkan persembahan nenek moyang kami yang batil itu. Siapakah yang melindungiku dari murka dan azab Tuhan jika aku berbuat demikian? Sesungguhnya kamu hanya akan merugikan dan membinasakaan aku dengan seruanmu."
Setelah gagal dan tidak berhasil menghentikan usaha dakwahnya Nabi Saleh, bahkan dilihatnya Nabi Saleh semakin giat menarik orang­orang untuk mengikutinya dan berpihak kepadanya, maka para pe­mimpin dan pemuka kaum Tsamud berusaha hendak membendllng arus dakwahnya yang makin lama makin mendapat perhatian, ter­utama dari kalangan masyarakat menengah kebawah. Mereka me­nentang Nabi Saleh untuk membuktikan kebenaran kenabiannya dengan suatu bukti -mukjizat- dalam bentllk benda atau kejadian luar biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.
B. Nabi Saleh Mendapat Mukjizat dari Allah S. W. T.
Nabi Saleh sadar bahwa tantangan kaumnya yang menuntut bukti daripadanya berupa mukjizat itu, adalah bertujuan hendak meng­hilangkan pengaruhnya dan mengikis habis kewibawaannya di mata kaumnya terutama para pengikutnya bila ia gagal memenuhi tan­tangan dan tuntutan mereka. Nabi Saleh membalas tantangan mereka dengan menuntut janji dari mereka, bila ia berhasil mendatangkan mukjizat yang mereka minta, bahwa mereka akan meninggalkan agama dan persembahan mereka dan akan mengikuti Nabi Saleh dan akan beriman kepada-Nya.
Sesuai dengan permintaan dan petunjuk pemllka-pemuka kaum Tsamud, maka berdoalah Nabi Saleh memohon agar Allah berkenan memberinya suatu mukjizat untuk membuktikan kebenaran risalah­nya dan sekaligus mematahkan perlawanan dan tantangan kaumnya yang masih berkeras kepala itu.

la memohon kepada Allah. Dengan kekuasaan-Nya, maka dicip­takanlah seekor unta betina, yang dikeluarkan dari perut sebuah batu karang besar yang terdapat di sisi sebuah bukit yang mereka tunjuk. Maka sejurus kemudian dengan seizin Allah yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta, terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu, dan keluarlah seekor unta betina.
Dengan menunjuk kepada binatang yang baru keluar dari perut batu besar itu, berkatalah Nabi Saleh kepada mereka: "Inilah dia unta Allah, janganlah kamu ganggu dan biarkanlah ia mencari makanannya sendiri di atas bumi Allah. la mempunyai giliran untuk mendapatkan air minum, dan kamu mempunyai giliran untuk men­dapatkan air minum bagimu dan bagi ternakmu. Ketahuilah bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya bila kamu sampai mengganggu binatang ini."
Berkeliaranlah sang unta di ladang-Iadang, memakan rumput sesuka hatinya. Saat giliran minumnya tiba, pergilah unta itu ke sebuah perigi, yang diberi nama perigi unta, dan minumlah sepuas hatinya. Pada hari-hari giliran unta Nabi Saleh itu datang minum, tiada seekor binatang lain berani menghampirinya. Hal itu menim­bulkan rasa tidak senang pada pemilik-pemilik binatang itu. Mereka merasa bahwa adanya unta Nabi Saleh di tengah-tengah mereka, merupakan gangguan, laksana duri yang melintang di dalam kerong­kongan.
Dengan berhasilnya Nabi Saleh mendatangkan mukjizat yang mereka tuntut, gagallah para pemuka kaum Tsamud dalam usahanya menjatuhkan pengaruh Nabi Saleh. Bahkan sebaliknya telah me­nambah tebal kepercayaan para pengikutnya dan menghilangkan banyak keragu-raguan dari sementara kaumnya. Maka dihasutlah oleh mereka pemilik-pemilik ternak yang merasa jengkel dan tidak senang adanya unta Nabi Saleh yang merajalela di ladang dan kebun-kebun mereka.
C. Kaum Tsamud Membunuh Unta Nabi Saleh
Persengkokolan diadakan oleh orang-orang dari kaum Tsamud untuk mengatur rencana pembunuhan unta Nabi Saleh. Adanya r'asa takut akan azab yang diancamkan oleh Nabi Saleh bila untanya diganggu, serta keinginan yang keras untuk melenyapkan binatang itu dari atas bumi, muncullah tiba-tiba seorang janda bangsawan yang kaya raya, menawarkan akan menyerahkan dirinya kepada siapa saja yang dapat membunuh unta Saleh. Ada juga seorang wanita yang mempunyai puteri cantik-cantik menawarkan akan mengha­diahkan salah seorang puterinya kepada orang yang berhasil mem­bunuh sang unta.
Dua macam hadiah yang menggiurkan dari kedua wanita itu, di samping hasutan para pemuka Tsamud, mengundang dua orang pria bernama Mushadda' bin Muharrij dan Gudar bin Salif. Kedua pria itu berkemas-kemas untuk melakukan pembunuhan, guna meraih hadiah yang dijanjikan di samping sanjungan dan pujian dari para kafir suku Tsammud, bila unta Nabi Saleh telah dibunuhnya. Dibantu oleh tujuh pria, bersembunyilah kelompok itu, di tempat biasanya dilalui unta dalam perjalanannya ke perigi tempat ia minum. Begitu binatang yang tak berdosa itu lewat, segera dipanahlah betisnya oleh Mushadda' yang disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedang di perutnya.
Dengan membusungkan dada pergilah para pembunuh unta itu ke pusat kota menyampaikan berita matinya unta Nabi Saleh, yang mendapat sambutan sorak sorai dan teriakan gembira dari pihak musyrikin. Seakan-akan mereka kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan. Berkata mereka kepada Nabi Saleh: "Wahai Saleh! Untamu telah mati terbunuh, cobalah datangkan apa yang engkau telah ancamkan kepada kami, jika engkau betul-betul termasuk orang-orang yang selalu benar kata-katanya."
Nabi Saleh menjawab: "Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya atas kamu jika mengganggu unta itu. Maka dengan terbunuhnya unta itu, tunggulah datangnya azab dari Allah yang telah dijanjikan. Kamu telah menantang Allah dan terimalah kelak akibatnya. Janji Allah tidak akan meleset. Kamu boleh bersuka ria dan bersenang-senang selama tiga hari, kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pad a hari keempat.
Ada kemungkinan menurut sementara ahli tafsir bahwa Allah lewat rasul-Nya, yaitu Nabi Saleh memberi waktu tiga hari untuk memberi kesempatan, kalau mereka sadar akan dosanya dan bertobat minta ampun serta beriman kepada Allah yang Maha Esa. Akan tetapi, tempo tiga hari itu, bahkan menjadi bahan ejekan kepada Nabi Saleh yang ditantangnya untuk mempercepat datangnya azab dan tidak usah ditangguhkan tiga hari lagi.

D. Kaum Tsamud Disiksa Allah
Nabi Saleh memberitahukan kaumnya, bahwa azab Allah akan menimpa mereka dan akan didahului dengan tanda-tanda, yaitu pada hari pertama, bila mereka terbangun dari tidurnya akan menemui wajah mereka menjadi kuning dan berubah menjadi merah; pada hari kedua hitam, hari ketiga dan keempat turunlah azab yang pedih dari Allah swr. Mendengar ancaman Nabi Saleh, kelompok sembi Ian orang, yaitu para pembunuh unta justru kembali merencanakan pembunuhan atas diri Nabi Saleh, mendahului tibanya azab yang diancamkan itu. Mereka mengadakan pertemuan rahasia, dan bersumpah, akan melaksanakan rencana pembunuhan di waktu malam, saat orang lagi tidur.
Sewaktu mereka datang ke tempat Nabi Saleh guna melaksanakan rencana jahatnya, tiba-tiba berjatuhanlah di atas kepala mereka batu besar yang tidak diketahui arah mana datangnya. Batu itu seketika merebahkan mereka di atas tanah dalam keadaan tidak bernyawa lagi.
Demikianlah Allah melindungi Rasul-Nya dari perbuatan makar dan niat jahat hamba-hamba-Nya yang kafjr. Suatu hari sebelum turunnya azab yang ditentukan, dengan seizin Allah berangkatlah Nabi Saleh bersama para mukminin dan pengikutnya menuju Ramlah, sebuah tempat di Palestina, meninggalkan Hijir dan penghuninya. Setelah itu, kaum Tsamud habis binasa, ditimpa halilintar dahsyat berbarengan dengan gempa bumi yang mengerikan.
Kisah Nabi Saleh diceritakan di dalam AI Qur'an sebanyak 72 ayat dalam 11 surat, di antaranya adalah surat AI A'raaf ayat 73 s.d 79 sebagai berikut:
Artinya:
Dan (kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Saleh. fa berkata: "Hai kaumku! Sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata bagimu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun, maka
kamu ditimpa siksaan yang pedih." (QS. Al A'raaf: 73)
Artinya:
Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti­pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat-pahat gunungnya untuk dijadikan rumah, maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan. (QS. Al A'raaf: 74)
Artinya:
Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata di antara orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka: "Tahukah kamu bahwa Saleh diutus (menjadi Rasul) oleh Tuhannya?" Mereka menjawab: "Sesungguh­nya kami beriman kepada wahyu yang Saleh diutus untuk menyam­paikannya." (QS. Al A'raaf:75)
Artinya:
Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: "Sesungguhnya kami orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu. " (QS. Al A'raaf: 76)
Artinya:
Kemudian mereka sembelih unta betina itu dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan.Dan mereka berkata: "Hai Saleh! Datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang diutus Allah. " (QS. Al A'raaf: 77)
Artinya:
Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalamrumahnya. (QS. Al A'raaf: 78)
Artinya:
Maka Saleh meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasehat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasehat." (QS. AI A'raaf: 79)

Allah juga berfirman di dalam Al Qur’an surat Hud ayat 61 s/d 68 sebagai berikut:
Artinya:
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Saleh. Saleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat­Nya) lagi memperkenankan doa hamba-Nya." (QS. Huud: 61)
Artinya:
Kaum Tsamud berkata: "Hai Saleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? Dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami." (QS. Huud: 62)
Artinya:
Saleh berkata: "Hai kaumku! Bagaimana pikiranmu jika aku me11'lpu­nyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan diberinya aku rahmat daripada-Nya, maka siapakah yang menolong aku dari (azab) Allah jika aku mendurhakai-Nya. Sebab itu kamu tidak menambah apapun kepadaku selain duripada kerugian." (QS. Huud: 63)
Artinya:
"Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah sebagai mukjizat (yang menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi Allah dan janganlah kamu mengganggu apa pun yang akan menyebabkan timpa azab yang dekat." (QS. Huud: 64)
Artinya:
Mereka membunuh unta itu, maka berkata Saleh: "Bersuka rialah kamu sekalian dirumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan.” (QS. Huud: 65)
Artinya:
Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Saleh beserta orang­orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami dan (Kami selamatkan) dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Maha Kuat Lagi Maha Perkasa. (QS. Huud: 66)
Artinya:
Dan satu suara keras yang meengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya. (QS. Huud: 67)
Artinya:
Seoiah-oiah mereka beium pernah berdiam di tempat itu. lngatiah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. lngatiah kebinasaan bagi kaum Tsamud. (QS. Huud: 68)
Dan di dalam AI Qur'an surat AI Qamar ayat 23 s.d. 32 juga diterangkan sebagai berikut.
Artinya:
Kaum Tsamud pun telah mendustakan ancaman-ancaman (itu). (QS. Al Qamar: 23)
Artinya:
Maka mereka berkata: "Bagaimana kita akan mengikuti saja seorang rnanusia (biasa) di antara kita? Sesungguhnya kalau kita begitu benar­benar berada dalam keadaan sesat dan gila." (QS. Al Qamar: 24)
Artinya:
Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sesung­guhnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong. (QS. Al Qamar: 25)
Artinya:
Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong. (QS. Al Qamar: 26)
Artinya:
Sesungguhnya Kami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaan bagi mereka, tunggulah (tindakan) mereka dan bersabarlah. (QS. Al Qamar: 27)
Artinya:
Dan beritahukanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi antara mereka (dengan unta betina itu); tiap-tiap giliran minum dihadiri (oleh yang punya giliran). (QS. Al Qamar: 28)
Artinya:
Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap unta itu dan membunuhnya. (QS. Al Qamar: 29)
Artinya:
Alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. (QS. Al Qamar: 30)
Artinya:
Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpuikan oieh) yang punya kandang binatang. (QS. Al Qamar: 31)
Artinya:
Dan sesungguhnya teiah kami mudahkan Al Qur'an untuk peiajaran, ma­ka adakah orang yang mau mengambil peiajaran. (QS. AI Qamar: 32)
E. Hikmah yang Terkandung dari Kisah Nabi Saleh
Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah Nabi Saleh di antaranya ialah:
  1. Bahwa dosa dan perbuatan mungkar yang dilakukan sekelompok kedl warga masyarakat dapat berakibat negatif yang membina­sakan masyarakat itu seluruhnya.
  2. Kaum Tsamud menjadi binasa, hancur dan bahkan tersapu bersih dari atas bumi, antara lain disebabkan karena dosa dan melanggar perintah Allah yang dilakukan oleh beberapa gelintir orang pem­bunuh unta Nabi Saleh A.S.
  3. Bersikap pasif, acuh tak acuh terhadap maksiat dan kemungkaran yang berlangsung di depan mata, dapat diartikan sebagai per­setujuan dan penyekutuan terhadap perbuatan mungkar.
  4. Allah memerintahkan kita melakukan amar ma'ruf nahi mungkar. Dengan melakukan tugas amar ma'ruf nahi mungkar yang men­jadi fardhu kifayah, kalau tidak berhasil mencegah kemungkaran yang terjadi di dalam masyarakat, setidaknya kita telah mem­bebaskan diri dari dosa menyetujui atau merestui perbuatan mungkar itu
0 komentar:

Posting Komentar

ALEXA

Mengenai Saya

Foto saya
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (Qs. Al-Anbiyaa:35) Semoga menjadi kenangan Disaat saya Tidak Lagi Di Dunia Ini

Followers