Sekolah Nabi Nuh A.S

Nabi Nuh adalah nabi keempat sesudah Nabi Adam, Syits dan Idris.Keturunan kesembilan dari Nabi Adam, ayah bernama Lamik bin Metusyalih bin Idris.

A. Nabi Nuh Berdakwah di Tengah-tengah Kaumnya
Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa ''fatrah,'' masa kekosongan di antara dua rasul. Biasanya manusia secara berangsur-angsur melupakan ajaran agama yang telah dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka. Mereka kembali syirik, me-ninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan iblis.
Kaum Nabi Nuh juga tidak luput dari proses tersebut. Ketika Nabi Nuh datang ke tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala (yaitu patung-patung yang dibuat oleh tangan mereka sendiri). Patung-patung itu disembahnya sebagai tuhan, yang dianggapnya dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan.
Berhala-berhala yang dipertuhankan, dan yang mereka yakini mempunyai kekuatan dan kekuasaan gaib di atas kemampuan manusia itu diberi nama menurut kehendak dan selera kebodohan mereka. Berhala-berhala itu diberi nama "Wadd," "Suwa," "Yaghuts," Ya'uq," dan "Nasr." Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya, untuk meninggalkan syirik dan dan kembali kepada tauhid, menyembah Tuhan Allah seru sekalian alam. Dia menyampaikan ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya, se.fta meninggalkan kemungkaran maupun kemaksiatan yang diajarkan oleh setan.
Nabi Nuh mengalihkan perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah, berupa langit dan matahari, bulan dan bintang, bumi dengan kekayaan yang ada di atasnya, memberi kenikmatan hidup bagi manusia, pergantian malam menjadi siang, dan siang menjadi malam. Kesemuanya itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Allah yang harus disembah, dan bukan menyembah berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.
Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada ganjaran yang akan diterima oleh manusia atas segala amalnya di dunia, yaitu pahala surga bagi mereka yang berbuat kebajikan dan siksa neraka bagi segala bentuk pelanggaran terhadap perintah agama yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.
Nabi Nuh dikaruniai Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang nabi. Fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindak-tanduknya, melaksanakan tugas risalah kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan. Kadang kala mengetuk hati nurani mereka dengan kata-kata yang tajam dan nada kasar, bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala, yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka.
Walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tenaga untuk ber­dakwah kepada kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecakapan, dan kesabaran dalam tiap kesempatan, ternyata sedikit sekali dari kaumnya yang dapat menerima dakwah dan mengikuti ajakan, yang menurut riwayat, tidak melebihi bilangan seratus orang. Mereka yang beriman terdiri dari orang-orang fakir-miskin, berkedudukan sosial rendah.Orang yang kaya-raya, berkedudukan tinggi dan ter­pandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar dan pe­nguasa, tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh, meng­ingkari dakwahnya, bahkan mereka berusaha untuk mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan menggagalkan usaha Nabi Nuh A.S. dalam berdakwah.
Mereka berkata kepada Nabi Nuh A.S.: "Bukankah engkau hanya seorang dari kami dan tidak beda dengan kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan mengutus seorang rasul yang mem­bawa perintah-Nya, niscaya Dia akan mengutus seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan seorang manusia biasa seperti engkau. Pengikut­pengikutmu itu adalah orang yang tidak mempunyai daya pikir dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta lagi tuli tanpa memikirkan dan menimbang secara matang mengenai benar ti­daknya dakwah dan ajakanmu itu. Apabila agama yang engkau bawa dan ajaran-ajaran yang engkau sodorkan kepada kami itu betul-betul benar, niscaya kami yang lebih dahulu mengikutimu dan bukan orang-orang gembel seperti pengikut-pengikutmu itu. Kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berpikir, memiliki kecer­dasan otak dan pandangan yang luas dan yang dipandang oleh masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudah bagi kami menerima ajakan dan dakwahmu. Engkau tidak mempunyai kelebihan di atas kami tentang kepandaian, kecerdasan, kekayaan maupun pengetahuan tentang soal-soal kemasyarakatan dan per­gaulan hidup. Kami lebih pandai dan lebih mengetahui dari kamu tentang hal itu semuanya. Anggapan kami terhadap dirimu tiada lain dan tiada bukan adalah bahwa engkau adalah pendusta belaka."

Nabi Nuh menjawab ejekan dan olok-olok kaumnya: ''Adakah kalian mengira bahwa aku dapat memaksa kalian mengikuti ajaranku, atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kalian semua orang-orang yang beriman. Jika kalian tetap menolak ajakanku dan tetap buta tuli terhadap bukti-bukti kebenaran dak-wahku, tetap mempertahankan pend irian kalian yang sesat, yang diilhami oleh kesombongan dan kecongkakan karena kedudukan dan harta benda yang kalian miliki."
"Aku hanya seorang manusia yang mendapat amanat dan tugas oleh Allah. Untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kalian. Jika kalian tetap keras kepala, tidak mau kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang diutuskannya kepadaku, maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan hukuman-Nya dan ganjaran-Nya atas diri kalian semua. Aku hanyalah seorang pesuruh dan rasul-Nya, yang diperintahkan untuk menyampaikan amanat kepada hamba-hamba-Nya."
"Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepada kalian. Meng-ampuni dosa kalian atau menurunkan siksa-Nya kepada kamu sekalian jika la kehendaki. Oialah yang berkuasa menurunkan siksa-Nya di dunia atau menangguhkannya sampai hari kiamat. Oialah Tuhan Pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Pengasih dan Maha Penyayang."
Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata: "Wahai Nuh. Jika engkau menghendaki agar kami mengikutimu dan memberi sokongan serta semangat kepadamu, dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari para petani, buruh dan hamba-hamba sahaya itu. Usirlah dari pergaul­anmu, karena kami tidak dapat bergaul dengan mereka, dud uk berdampingan dengan mereka, mengikuti cara hidup mereka, bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. Bagaimana kami dapat menerima suatu agama yang menyamarata­kan penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya, dan menya­maratakan orang kaya yang berkedudukan tinggi dengan orang yang miskin dan papa."
Nabi Nuh menolak persyaratan kaumnya dan berkata: "Risalah dan agama yang kubawa adalah untuk semua orang tanpa kecuali, yang pandai maupun yang bodoh, yang kaya atau yang miskin, majikan maupun buruh, penguasa atau rakyat. Semuanya mem­punyai kedudukan dan tempat yang sama terhadap agama dan hukum Allah. Andaikata aku menuruti persyaratanmu, agar meluluskan keinginanmu untuk menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dapat aku andalkan untuk meneruskan dakwahku kepada orang banyak, dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan aku dari orang-orang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan, sedangkan kalian meno­laknya serta mengingkarinya."
"Mereka adalah orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku di kala kalian menghalang-halangi usahaku dan merintangi dakwah-ku. Dan bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah, bila mereka mengadu bahwa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan kebalikannya hanya semata-mata untuk memenuhi per­mintaanmu dan tunduk kepada persyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dapat diterima oleh akal dan pikiran yang sehat. Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berpikiran sehat."
Setelah mereka merasa tidak berdaya lagi untuk membantah kebenaran kata-kata Nabi Nuh, merasa telah kehabisan alasan dan hujjah untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka: "Wahai Nuh! Kita telah bermujahadah dan berdebat, berdialog serta mendengar dakwahmu yang menjemukan. Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak akan sekali-kali melepaskan kepercayaan dan adat istiadat kami. Tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu, bersilat lidah dengan kami. Datangkanlah apa yang engkau janjikan dan telah engkau ancamkan kepada kami, jika engkau benar-benar orang yang menepati janji. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam bentuk nyata, karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu."


B. Nabi Nuh Menyerahkan Kaumnya kepada Allah
Nabi 'Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun, berdakwah untuk menyampaikan risalah Tuhan. Mengajak mereka untuk meninggalkan penyembahan ter­hadap berhala, kembali menyembah dan beribadah kepada Allah yang Maha Kuasa. Menuntun keluar dari jalan yang sesat dan gelap. Menuju jalan yang benar dan terang. Mengajari mereka hukum­hukum syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya. Mengangkat derajat manusia-manusia yang tertindas dan lemah ke tingkat yang sesuai dengan fitrah dan kodratnya dan berusaha menghilangkan sifat-sifat sombong dan congkak yang melekat pada para pembesar kaumnya, serta mendidik mereka supaya berkasih sayang, lagi tolong menolong di antara sesama manusia.
Dalam waktu yang cukup lama, Nabi Nuh tidak berhasil menyadarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya, kecuali hanya sekelompok kecil pengikut yang tidak mencapai bilangan seratus orang.
Dengan penuh kesabaran dan keuletan, ia berharap, akan datang masanya, kaumnya akan sadar diri dan mengakui kebenaran dakwahnya. Harapan Nabi Nuh itu, makin hari makin menipis. Dia merasa bahwa sinar iman dan takwa tidak akan menembus ke dalam hati mereka, yang telah tertutup rapat oleh ajakan dan bisikan iblis.
Hal itu telah ditegaskan nyata, dengan diterimanya wahyu oleh Nabi Nuh berupa firman Allah, "Sesungguhnya tidak akan ada seorang daripada kaummu untuk mengikutimu dan beriman, kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman lebih dulu. Maka janganlah engkau bersedih hati dengan apa yang mereka perbuat".
Dengan adanya penegasan firman itu, lenyaplah harapan Nabi Nuh dari kaumnya dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada Allah agar menurunkan azab-Nya kepada kaumnya, seraya berseru:
"Ya Tuhanku! Janganlah Engkau biarkan seorangpun dari orang-orang \ kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi. Mereka akan berusaha untllk menyesatkan hamba-hamba-Mu jika Engkau biarkan mereka tinggaI. Mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan, selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir seperti mereka."
Doa Nabi Nuh dikabulkan oleh Allah dan permohonannya dilu­luskan. Kepadanya diperintahkan, agar membuat sebuah kapal dengan tidak usah lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan menerima hukuman dari Allah, yaitu binasa ditenggelamkan oleh air bah.

C. Nabi Nuh Membuat Kapal
Setelah menerima perintah Allah untuk membikin kapal, Nabi Nuh segera mengumpulkan para pengikutnya. Di bawah komandonya mereka mulai mengumpulkan bahan yang dibutuhkan untuk maksud tersebut. Dengan mengambil tempat agak jauh dari kota dan keramaian, mereka dengan rajin dan tekun kerja siang dan malam menyelesaikan pembuatan kapal yang diperintahkan itu.
Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakat, dalam menyelesaikan pembuatan kapalnya, namun ia tidak luput dari ejekan dan cemoohan kaumnya, yang kebetulan atau sengaja melalui tempat pembuatan kapaI.

Mereka mengejek dan mengolok-olok dengan mengatakan: "Wahai Nuh! Sejak kapan engkau telah menjadi tukang kayu? Bukankah menu rut pengakuanmu engkau adalah seorang nabi atau rasul. Mengapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan membuat kapal? Dan kapal yang engkau bikin di tempat yang jauh dari air. Apakah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang akan menarik kapalmu ke laut?" Dan banyak kata ejekan lain, yang diterima oleh Nabi Nuh. Degan sikap tersenyum Nabi Nuh menjawab: "Baiklah, tunggu saja saatnya, jika kamu sekarang mengejek dan mengolok-olok kami, maka akan tibalah kesempatan bagi kami. Kelak kami akan mengejek kalian dan akan kalian ketahui untuk apa kapal yang kami siapkan ini. Tunggulah saat azan, dan hukuman Allah menimpa atas diri kalian semua."
Begitu pembuatan kapal yang merupakan alat transportasi laut yang pertama di dunia selesai, Nabi Nuh menerima wahyu dari Allah: "Bersiap­siaplah engkau dengan kapalmu. Bila tiba perintah-Ku dan'terlihat tanda­tanda dari-Ku, segeralah angkut bersamamu para pe-ngikutmu, orang-orang yang telah beriman dari kaum dan kera-batmu, dan bawalah serta dua pasang dari tiap jenis makhluk yang ada di atas bumi dan berlayarlah dengan seizin-Ku."
Kemudian tercurahlah dari langit dan memancar ke bumi air yang deras lagi dahsyat. Oalam sekejap mata, telah menjadi banjir besar me land a seluruh kota dan desa, menggenangi daratan, bahkan mencapai puncak bukit-bukit. Tiada tempat berlindung dari air yang dahsyat itu, kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan orang-orang mukmin, dan pasang-pasangan makhluk yang disela­matkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.
Dengan iringan "Bismillaah majreeha wa mursaahaa," berlayarlah kapal Nabi Nuh menyusuri lautan air yang besar, menentang angin yang kadangkala lemah lembut dan kadangkala ganas dan ribut. Oi kanan kiri kapal terlihat orang-orang kafir dari kaum Nabi Nuh. Mereka bergulat melawan gelombang air yang menggunung dan berusaha menyelamatkan diri dari cengkeraman maut yang sudah siap menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu.
Ketika Nabi Nuh tengah berada di atas geladak kapal, beliau memperhatikan cuaca. Melihat-lihat orang kafjr sedang berge­limpangan di atas permukaan air. Tiba-tiba terlihat olehnya tubuh putera sulungnya yang bernama "Kan'aan" timbul dan tenggelam . dipermainkan oleh gelombang, Pada saat itu, tanpa disadarinya, timbullah rasa cinta dan kasih sayang seorang ayah terhadap putera kandungnya yang menghadapi maut ditelan oleh gelombang. Nabi Nuh secara spontan, terdorong hatinya, berteriak dengan keras memanggil puteranya: "Wahai anakku! Datanglah kemari dan bergabunglah ber­sama keluargamu, bertobatlah engkau dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut yang engkau hadapi. Janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir yang sedang menjalani hukuman Allah ini. Percayalah bahwa tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau adalah bergabung dengan kami di atas kapal ini. Saat ini tidak akan ada yang dapat meloloskan diri dari hukum Allah yang telah ditimpakan ini, kecuali orang-orang yang memperoleh rahmat dan ampunan-Nya."
Begitu Nabi Nuh selesai mengucapkan kata-katanya, tenggelamlah Kan'aan karena disambar oleh gelombang yang ganas. Lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya. Tergelincir ke bawah lautan air, mengikuti kawan-kawan dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.
Nabi Nuh bersedih hati dan berduka cita atas kematian puteranya dalam keadaan kafir, tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh kesah dan berseru kepada Allah: "Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan bagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji yang benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha Berkuasa."
Allah berfirman: "Wahai Nuh! Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu. Melanggar perintahmu, menolak da'wahmu dan meng­ikuti jejak orang-orang yang kafir dari kaummu. Coretlah namanya dari daftar keluargamu. Hanya mereka yang telah menerima dak­wahmu, mengikuti jalanmu dan beriman kepada-Ku yang dapat eng­kau masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu. Yang telah Aku janjikan perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya. Adapun orang-orang yang telah 'mengingkari risalahmu, mendustakan dakwahmu dan tetap mengikuti hawa nafsunya dan tuntunan iblis, pastilah mereka akan binasa. Menjalani hukuman yang Aku tentukan, walaupun mereka berada di puncak gunung. Maka janganlah engkau sekali-kali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum ketahui. Aku ingatkan kepadamu, janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh."
Nabi Nuh segera sadar setelah menerima teguran dari Allah. Bahwa cinta dan kasih sayang kepada anak, telah menjadikan dirinya lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. la sadar bahwa ia khilaf, saat memanggil pute­ranya, didorong oleh perasaan naluri darah yang menghubungkan dengan puteranya. Sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus berada di atas cinta kepada keluarga dan harta benda. la sangat menyesalkan kelalaian dan keaJpaan itu, dan menghadap kepada Allah untuk mohon ampun dan mengharap maghfirah-Nya seraya berseru: "Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari godaan setan yang terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku. Sampai aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku, bila Engkau tidak memberi ampun dan maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, niscaya aku menjadi orang yang merugi."
Air bah itu mencapai puncak keganasannya, habis binasalah kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah. Kemudian surutlah lautan air diserap bumi, bertambatlah kapal Nuh di atas bukit '1udiy" dengan iringan perintah Allah kepada Nabi Nuh: "Turunlah wahai Nuh ke darat, engkau dan orang-orang mukmin yang menyertaimu, yang selamat dilimpahi berkah dan inayah dari sisi-Ku."
Di dalam AI Qur'an telah diceritakan tentang kisah Nabi Nuh ini dalam 28 surat, di antaranya adalah surat Nuh dari ayat 1 s.d 28 sebagai berikut:
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintah): "Peringatkanlah kaummu sebelum datang kepadanya azab yang pedih." (QS. Nuh: 1)
Artinya:
Nuh berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu." (QS. Nuh: 2)
Artinya:
Yaitu sembahlah olehmu Allah, bertaqwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku. (QS. Nuh: 3)
Artinya:
Niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai waktu yang ditentukan. Sesung­guhnya ketetapan Allah apabila datang tidak dapat ditangguhkan kalau kamu mengetahui. (QS. Nuh: 4)
Artinya:
Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang." (QS. Nuh: 5)
Artinya:
Maka seruanku hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). (QS. Nuh: 6)
Artinya:
Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (untuk ber­iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalamtelinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. (QS. Nuh: 7)
Artinya:
Kemudian sesungguhnya aku telah menyuruh mereka (untuk beriman) dengan cara terang-terangan. (QS. Nuh: 8)
Artinya:
Kemudian sesungguhnya aku menyeru mereka lagi dengan terang­terangan dan dengan diam-diam.
(QS. Nuh: 9)
Artinya:
Maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun."(QS. Nuh: 10)
Artinya:
Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. (QS. Nuh: 11)
Artinya:
Dan membanyakkan harta dan anak-anakku dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan pula (didalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS. Nuh: 12)
Artinya:
Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? (QS. Nuh: 13)
Artinya:
Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. (QS. Nuh: 14)
Artinya:
TIdaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat. (QS. Nuh: 15)
Artinya:
Dan Allah telah menciptakan kepadanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita? (QS. Nuh: 16)
Artinya:
Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya.
(QS. Nuh: 17)
Artinya:
Kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan menge­luarkan kamu (dari padanya di hari kiamat) dengan sebenarnya. (QS. Nuh: 18)
Artinya:
Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan. (QS. Nuh: 19)
Artinya:
Supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu.
(QS. Nuh: 20)
Artinya:
Nuh berkata: "Ya Tuhanku! Sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka. (QS. Nuh: 21)
Artinya:
Dan melakukan tipu daya yang sangat besar." (QS. Nuh: 22)
Artinya:
Dan mereka berkata: "]angan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Tuhan-Tuhan kamu dan jangan pula kamu sekali- kali meninggalkan (penyembahan) Wadd dan jangan pula Suwaa, Yaghuts, Ya 'uq dan Nasr. " (QS. Nuh: 23)

Artinya:
"Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan." (QS. Nuh: 24)
Artinya:
Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah. (QS. Nuh: 25)
Artinya:
"Ya Tuhanku!
Janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi." (QS. Nuh: 26)
Artinya:
"Sesungguhnya Engkau biarkan tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiatlagi sangat kafir. (QS.Nuh: 27)
Artinya:
Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu-bapaku, orang yang masuk rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki­laki atau perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan. (QS. Nuh: 28)
Surat "Hud" ayat 27 sid 48 mengisahkan dialog Nabi Nuh dengan kaumnya dan perintah pembuatan kapal serta keadaan banjir yang menimpa mereka, yaitu sebagaimana firman Allah sebagai berikut:
Artinya:
Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya, "Kami tidak melihat kamu melainkan (sebagai) seorang biasa seperti kami dan kami tidak melihat orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahwa kami yakin bahwa kamu orang-orang yang dusta." (QS. Hud: 27)
Artinya:
Berkata Nuh: "Hai kaumku! Bagaimana pikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan diberi-Nya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apakah akan kami paksakan kamu menerimanya, padahal kamu tidak menyukainya?" (QS. Hud: 28)
Artinya:
Dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tidak meminta harta benda
kapada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upah hanyalah da~i Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhan, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui. " (QS. Hud: 29)
Artinya:
Dan (dia berkata): ”Hai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?” (QS. Hud: 30)
Artinya:
Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): "Aku mem­punyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tidak mengetahui yang ghaib, dan tidak pula aku mengatakan, bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat, dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh peng/ihatanmu: "Seka/i-kali tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka." Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku kalau benar begitu, benar-benar termasuk orang-orang yang za/im." (QS. Hud: 31)
Artinya:
"Mereka berkata: "Hai Nuh! Sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami dan kamu telah memperpanjang bantahanmu ter­hadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar." (QS. Hud: 32)
Artinya:
Nuh menjawab: "Hanyalah Allah yang akan mendatangkan adzab itu kepadamu jika Diamenghendaki, dan kamu seka/i-ka/i tidak dapat melepaskan diri." (QS. Hud: 33)
Artinya:
Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku, jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesat­kan kamu, Dia adalah Tuhanmu dan kepada-Nyalah kamu di­kembalikan. (QS. Hud: 34)
Artinya:
Malahan kaum Nuh itu berkata: "Dia cuma membuat-buat nase­hatnya saja." Katakanlah: "Jika aku membuat-buat nasehat itu hanya akulah yang memikul dosaku dan aku berlepas diri dari dosa yang kamu perbuat." (QS. Hud: 35)
Artinya:
Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasannya seka/i-ka/i tidak akan beriman di antara kaummu, kecuaii orang yang teiah beriman (saja), karena itu janganiah kamu bersedih hati ten tang apa yang seiaiu mereka kerjakan. (QS. Hud: 36)
Artinya:
Dan buatiah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganiah kamu bicarakan dengan Aku ten tang orang­orang yang zalim itu, sesungguhnya mereka itu akan diteng­geiamkan. (QS. Hud: 37)
Artinya:
Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh: "Jika kamu mengejek kami maka sesungguhnya kami pun mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami)." (QS. Hud: 38)
Artinya:
Kelak kamu akan mengetahui siapa-siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya dan akan ditimpa azab yang kekal. (QS. Hud: 39)
Artinya:
Hingga apabila perintah kami datang dan dapur telah meman­carkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina) dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terha­dapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman." Dan tidak beriman bersama den[.?an Nuh itu kecuali sedikit. (QS. Nuh: 40)
Artinya:
Dan Nuh berkata: "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menye­but nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Hud: 41)
Artinya:
Dan bahtera berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) ber­sama kami dan janganlah kamu berada bersama-sama orang-orang kafir." (QS. Hud: 42)
Artinya:
Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah." Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungimu had ini dari azab Allah selain Allah (saja) yang Maha Penyayang." Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka jadilah anak itu termasuk orang-oran$ yang ditenggelamkan. (QS. Hud: 43)
Artinya:
Dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu dan hai langit (hujan) berhentilah," dan air pun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi dan dikatakan: "Binasa­lah orang-orang yang zalim." (QS. Hud: 44)
Artinya:
Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhan­ku; sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar, dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya. (QS. Hud: 45)
Artinya:
Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekatnya). Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpe­ngetahuan. " (QS. Hud: 46)
Artinya: .
Nuh berkata: "Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon sesuatu yang aku tidak mengetahui (hakekatnya). Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, nisaya aku akan termasuk orang­orang yang merugi." (QS. Hud: 47)
Artinya:
Difinnankan: "Hai Nuh, tururclah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmulan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamL. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami." (QS. Hud: 48)

D. Hikmah yang Terkandung dari Kisah Nabi Nuh
1. Hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan persamaan kepercayaan atau persamaan aqidah, adalah lebih erat dan lebih berkesan daripada hubungan yang terjalin karena ikatan darah atau kelahiran. Kan'aan, walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh Allah S.W.T. dikeluarkan dari bilangan keluarga ayah­nya, karena ia menganut kepercayaan dan agama yang berlainan dengan yang dianut dan didakwahkan oleh ayahnya, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.
2. Dari kisah ini dapatlah dipahami firman Allah di dalam AI Qur'an yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara." Demikian pula had its Rasulullah SAW. yang artinya: "Tidaklah sempurna ima!1 seseorang, kecuali jika ia mencintai saudaranya yang seiman, sebagaimana ia mencintai dirinya sen­diri." Juga peribahasa yang berbunyi: "Adakalanya engkau mem­peroleh seorang saudara yang tidak dilahirkan oleh ibumu."
0 komentar:

Posting Komentar

ALEXA

Mengenai Saya

Foto saya
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (Qs. Al-Anbiyaa:35) Semoga menjadi kenangan Disaat saya Tidak Lagi Di Dunia Ini

Followers