Sekolah Nabi Ismail A.S

A. Masa Kecil Nabi Ismail dan Peristiwa Air Zam-Zam
Nabi Ibrahim yang berhijrah meninggalkan Mesir bersama Sarah dan Hajar isterinya, sampailah di tempat tujuannya di Palestina. la membawa serta semua binatang ternak dan harta miliknya, yang telah diperoleh sebagai hasil usaha di Mesir.
Untuk sesuatu hikmah yang belum diketahui dan disadari oleh Nabi Ibrahim, Allah mewahyukan Ibrahim agar memenuhi keinginan dan permintaan Sarah, isterinya. Siti Sarah menginginkan agar dijauhkan dari Ismail bersama Hajar ibunya. Ibrahim belum memikirkan atau merencanakan ke tempat mana yang akan dituju Ismail puteranya bersama ibunya.
Dengan bertawakkal kepada Allah, berangkatlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah membawa Hajar dan Ismail. Mereka berdua diboncengkan di atas unta tanpa tujuan. la hanya berserah diri kepada Allah yang memberi arah kepada binatang tunggangannya.
Berjalanlah unta Ibrahim dengan tiga hamba Allah yang berada di atas punggungnya keluar kota masuk ke lautan pasir dan padang terbuka. Terik matahari dengan pedihnya menyengat tubuh. Angin yang kencang menghambur-hamburkan debu pasir kian kemari.
Setelah berminggu-minggu berada dalam perjalanan jauh yang melelahkan, tibalah Nabi Ibrahim, Ismail dan ibunya di Mekah, kota suci di mana Kabah didirikan dan menjadi pujaan manusia dari seantero jagad. Di tempat di mana Al Masjidil Haram sekarang berada, berhentilah unta Nabi Ibrahim mengakhiri perjalanannya. Di tempat inilah Ibrahim meninggalkan Hajar bersama puteranya, hanya dibekali dengan makanan dan minum.an secukupnya. Keadaan sekitar maĆ­z tandus, tiada tumbuh-tumbuhan, tiada air mengalir. Yang terlihat hanyalah batu dan pasir kering.
Alangkah sedih dan cemas Hajar ketika akan ditinggalkan oleh Ibrahim. Seorang diri bersama anaknya yang masih kecil, di tempat yang sunyi senyap la meratap dan menangis memegang kuat-kuat pucuk baju Ibrahim, memohon belas kasihnya. Memohon supaya tidak ditinggalkan seorang diri di tempat yang tiada seorang manusia, binatang, pohon, ataupun air mengalir, sedang ia masih menanggung beban mengasuh anak yang kecil lagi masih menetek.
Nabi Ibrahim mendengar keluh kesah Hajar. la merasa tidak tega meninggalkannya seorang diri di tempat itu bersama putera yang sangat disayangi. Tetapi ia sadar bahwa apa yang dilakukan itu ialah kehendak Allah, yang tentu mengandung hikmah terselubung. la sadar bahwa Allah akan melindungi Ismail dan ibunya dari segala kesukaran dan penderitaan. la berkata kepada Hajar: "Bertakwalah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya. Percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintahkan aku membawamu ke sini. Dialah yang akan melindungi dan menyertaimu di temp at yang sunyi ini. Seandainya bukan karena perintah dan wahyunya, tidak sekali-kali aku tega meninggalkan engkau di sini seorang diri bersama putera yang sangat kucintai. Percayalah wahai Hajar bahwa Allah yang Maha Esa tidak akan menelantarkan kamu berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan berkah-Nya akan tetap turun untuk selamanya, insya Allah.
Mendengar kata-kata Ibrahim, segera Hajar melepaskan genggaman pad a baju Ibrahim. Dilepaskannyalah beliau untuk kembali ke Palestina dengan iringan air mata yang bercucuran membasahi tubuh Ismail yang lagi menetek.
Nabi Ibrahim sendiri juga tidak dapat menahan air mata. la turun dari dataran tinggi meninggalkan Mekah menuju Palestina di mana isterinya, Sarah dengan putera yang kedua (Ishag) sedang menanti.
Dalam perjalanan kembali, tidak henti-hentinya ia berdoa memohon kepada Allah perlindungan, rahmat dan berkah serta karunia rezeki bagi putera dan istri yang ditinggalkan di tempat terasing itu. fa berkata dalam doanya: "Wahai Tuhanku! Aku telah tempatkan puteraku dan anak-anak keturunannya di dekat rumah-Mu (Baitillahil Haram), di lembah sunyi agar mereka mendirikan shalat dan beribadat kepada-Mu. Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka, berilah mereka rezeki dari buah-buahan yang lezat, mudah-mudahan mereka bersyukur kepada-Mu." .

Sepeninggal Nabi Ibrahim, berdiamlah Hajar dan puteranya (Ismail) di tempat yang terpencil dan sunyi itu. la harus menerima nasib yang telah ditakdirkan oleh Allah dengan kesabaran dan keyakinan penuh akan perlindungan-Nya. Sedikit makanan dan minuman yang dibawanya dalam perjalanan, akhirnya habis dimakan. Mulailah terasa oleh Hajar beratnya beban hidup yang harus ditanggung sendiri tanpa bantuan suami. Sang putera mulai merasa kelaparan dan tidak henti-hentinya menangis. Sang ibu menjadi panik, bingung dan cemas mendengar tangis anaknya yang sangat menyayat hatinya. ia menoleh ke kanan dan ke kiri serta lari kian kemari mencari sesuap makanan atau seteguk air yang dapat meringankan kelaparan dan meredakan tangis, namun sia-sialah usahanya.
Ia pergi berlari harwalah menuju bukit Shafa kalau-kalau ia bisa mendapatkan sesuatu yang dapat menolong, tetapi hanya batu dan pasir yang didapatinya. Dari atas bukit Shafa ia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit Marwah, larilah ia berharwalah ke tempat itu, ternyata yang disangkanya air adalah fatamorgana (bayangan) belaka. Kembali ia ke bukit Shafa karena mendengar seakan-akan ada suara yang memanggil, tetapi meleset dugaannya. Demikianlah, karena dorongan hajat hidup anak yang sangat disayangi, Hajar mondar-mandir berlari sampai tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah. Pada akhirnya ia duduk termenung merasa penat dan hampir putus asa.
Diriwayatkan bahwa selagi Hajar berada dalam keadaan tidak berdaya dan hampir berputus asa, atas rahmat Allah dan pertolonganNya, datanglah kepadanya Malaikat Jibril yang bertanya: "Siapakah sebenarnya engkau ini?" Hajar menjawab: "Aku adalah hamba sahaya Ibrahim." Jibril bertanya lagi: "Kepada siapa engkau dititipkan di sini?" Hajar menjawab: "Hanya kepada Allah." Lalu berkata Jibril: ''Jika demikian, maka engkau telah dititipkan kepada lat yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih, yang akan melindungimu, mencukupi kebutuhan hidupmu dan tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan ayah puteramu."
Diajaklah Hajar mengikutinya ke suatu tempat. Jibril menginjakkan telapak kakinya keras-keras di atas tanah, segeralah memancar dari bekas telapak kaki itu air yang jernih dengan kuasa Allah. Itulah mata air lam-lam yang hingga kini dianggap keramat oleh jamaah haji. Hingga kini para jamaah haji setiap tahun berdesakan di sekelilingnya, guna mendapatkan setetes air tersebut. Karena sejarahnya mata air itu disebut orang dengan sebutan "Injakan Jibril."
Alangkah gembira dan lega dada Hajar melihat mata air yang memancar itu. Segera ia membasahi bibir puteranya dengan air keramat itu. Segera terlihat wajah puteranya segar kembali, demikian pula wajah sang ibu yang merasa sangat bahagia dengan datangnya mukjizat dari sisi Tuhan. Allah telah mengembalikan kesegaran hidup kepadanya dan kepada puteranya sesudah dibayang-bayangi oleh bayangan mati kelaparan yang mencekam dada. Memancarnya air lam-lam telah menarik burung-burung beterbangan mengelilingi daerah itu. Akhirnya burung-burung itu menarik pula perhatian sekelompok bangsa Arab dari suku Jurhum yang merantau dan sedang berkemah di sekitar Mekah.
Mereka mengetahui dari pengalaman bahwa di mana ada terlihat burung di udara, niscaya di bawah terdapat air. Diutuslah oleh mereka beberapa orang untuk mencari tempat tersebut. Para utusan itu pergi mengunjungi daerah di mana Hajar berada, kemudian kemb,ali membawa berita gembira kepada kaumnya tentang mata air lam-lam dan keadaan Hajar dan puteranya.
Segera kelompok suku Jurhum memindahkan perkemahannya ke tempat sekitar lam-zam. Kedatangan mereka disambut gembira oleh Hajar. Hajar memperoleh tetangga-tetangga yang akan menghilangkan kesunyian dan kesepian yang selama ini dirasakan di dalam hidupnya. Hajar bersyukur kepada Allah yang dengan rahmat-Nya telah membuka hati orang-orang yang datang meramaikan dan memecahkan kesunyian lembah, tempat di mana ia ditinggalkan oleh Ibrahim.

B. Nabi Ismail Rela Disembelih karena Memenuhi Panggilan Allah
Nabi Ibrahim sering pergi ke Mekah untuk mengunjungi Ismail di tempat pengasingannya. la berusaha memenuhi rasa rindu kepada putera yang ia sayangi. la selalu masygul bila mengenangkan keadaan putera bersama istrinya yang ditinggalkan di tempat yang tandus, jauh dari masyarakat dan pergaulan umum.
Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remaja, Nabi Ibrahim A.S .. mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail. Karena mimpi seorang Nabi adalah salah satu cara turunnya wahyu, maka perintah yang diterima dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim. la dud uk termenung memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi.
Sebagai seorang ayah yang telah dikaruniai seorang putera yang sejak lama diharapkan dan didambakan, seorang putera yang didambakan menjadi pewaris dan penyambung kelangsungan keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawanya ditangannya sendiri tentu bukan masalah yang mudah. Namun sebagai seorang nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama, yang harus menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah, maka ia jalankan segala perintah-Nya. la menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain. la harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan lewat mimpinya, apapun yang terjadi.
Sungguh berat ujian yang dihadapi Nabi Ibrahim, sesuai dengan firman Allah yang artinya: "Allah lebih mengetahui di mana dan kepada siapa dia mengamanatkan risalah-Nya." Nabi Ibrahim tidak ayal lagi, berazam (niat) hati yang mantap untuk menyembelih Nabi Ismail sebagai qurban sesuai perintah Allah.
Berangkatlah Nabi Ibrahim menuju Mekah untuk menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan. Ketika diberitahu maksud kedatangan ayahnya kali ini, tanpa ragu-ragu dan tanpa berpikir panjang ia menjawab: "Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku Insya Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu, agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga merepotkan ayah. Kedua, agar aku lepas saja pakaianku supaya tidak terkena darah yang menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku. Ketiga, tajamkanlah parangmu dan percepatlah pelaksanaan penyembelihan, agar meringankan penderitaan dan rasa pedihku. Keempat, sampaikan salam pad a ibuku, berikanlah pakaianku ini menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan menjadi tanda mata serta kenang-kenangan dari putera tunggalnya."
Kemudian dipeluklah Ismail dan dicium pipinya oleh ,Nabi Ibrahim seraya berkata: "Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua, dan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah."
Saat penyembelihan tiba, diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail.
Dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia. Sambil memegang parang di tangan, kedua mata Nabi Ibrahim berpindah memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengkilap. Saat itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di lain pihak. Dengan memejamkan mata, parang diletakkan pada leher Ismail dan penyembelihan pun dilaksanakan. Tetapi apa daya, parang yang sudah sedemikian tajam itu ternyata menjadi tumpul di leher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana yang diharapkan.
Kejadian terse but merupakan suatu mukjizat dari Allah, yang menegaskan bahwa perintah pengorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, sampai sejauh mana rasa cinta dan taat mereka kepada Allah. Keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan mengorbankan puteranya, untuk berbakti kepada perintah Allah. Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam menunjukkan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya.

Ketika merasa bahwa parang itu tidak mempan memotong lehernya, berkatalah ia kepada ayahnya: "Wahai ayahku! Ruparupanya engkau tidak tega memotong leherku karena melihat wajahku." Parang itu pun tidak berdaya mengeluarkan setetes darah pun dari daging Ismail walau ia telah ditengkurapkan dan dicoba dipotong lehernya dari belakang.
Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gaga I dalam usaha menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firman-Nya: "Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan impianmu, demikianlah Kami akan membalas orang- . orang yang berbuat kebajikan."
Nabi Ismail memohon kepada bapaknya: "Sembelihlah saya dengan keadaan menelungkup. Mata ayah hendaklah ditutup, kemudian ayah harus dapat memperkirakan arah mana pedang yang tajam itu ayah pukulkan, supaya tepat pad a leher saya." Nabi Ibrahim pun melaksanakan usul itu, beliau mengucapkan kalimat atas nama Allah, seraya memasungkan pedang yang tajam ke leher anaknya. Terpancarlah darah ke badan Ibrahim, dan gemetarlah dirinya, mengenangkan puteranya yang telah cerai antara kepala dengan badannya.
Alangkah terkejut dan gembira setelah kain penutup matanya dibuka. Ternyata anaknya (Ismail) tidak tersembelih, malahan seekor kibaslah yang tersembelih, tadinya tak ada kibas di tempat itu dan Ismail berada di samping ayahnya.
Inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam tiap hari raya 'Idul Adh-ha di seluruh pelosok dunia.
C. Nabi Ismail Membangun Rumah Tangga
Nabi Ismail membentuk rumah tangga bersama ga-dis dari Bani Jurhum. Lupalah ia akan penderitaan dan ujian hidup berat yang telah ia alami bersama ibunya (Hajar). Akan tetapi sang ibu tibatiba wafat sebelum ia merasakan hidup bersama putera dan menantunya. Alangkah sedih Ismail ditinggalkan ibu yang sangat mencintai dan menyertai dalam suka-duka.
Walaupun Nabi Ismail sudah menjadi orang dewasa dan telah berkeluarga, Nabi Ibrahim (ayahnya) tak lupa mengunjunginya dan menjenguknya. Suatu ketika pad a kunjungannya ke Mekah, datanglah Nabi Ibrahim menjenguk Ismail di rumahnya. Nabi Ibrahim hanya bertemu dengan isterinya, Ismail pad a saat itu tidak berada di rumah. Dalam percakapannya dengan Nabi Ibrahim, isteri Nabi Ismail berkeluh kesah tentang keadaan rumah tangga dan kehidupannya yang melarat. Nabi Ibrahim lalu berpamit dan berpesan kepada anak menantunya (isteri Ismail) agar menyampaikan salamnya kepada Ismail, suaminya, disertai nasehat supaya ambang pintu rumahnya diubah dan diganti.
Setelah Nabi Ibrahim keluar, datanglah Nabi Ismail. la diberitahu isterinya, bahwa ada seorang tamu tua dan berpesan agar disampaikan salamnya kepada Nabi Ismail dengan nasehat supaya am bang pintu rumah ini diubah dan diganti. Nabi Ismail segera mengetahui bahwa tamu tua itu adalah ayahnya, yaitu Nabi Ibrahim, maksud nasehat itu adalah ia disuruh menceraikan isterinya. Nasehat tersebut segera dilaksanakan oleh Nabi Ismail. Isterinya segera diceraikan dan dikembalikan kepada keluarganya. Tidak lama kemudian ia menyunting seorang gadis lain dari suku Bani Jurhum, sebagai isteri yang baru.
Selang tidak lama datang lagi Nabi Ibrahim mengunjungi puteranya di Mekah. Kali ini ia juga tidak berhasil menemui Ismail di rumahnya. la mengetuk pintu, lalu keluarlah isteri Ismail yang baru yang mempersilakan masuk. la menerima tamunya dengan muka manis dan ramah tamah. Atas pertanyaan Nabi Ibrahim tentang keadaan suami dan kadaan rumah tangganya, sang menantu, isteri Ismail menerangkan bahwa suaminya sa at itu lagi berburu, mencari nafkah, keadaan rumah tangganya cukup baik, sejahtera bahagia dan tidak ada hal-hal yang meresahkan atau menggelisahkan hati.
Melihat cara menantunya dalam menerima tamu,serta mendengar kata-kata manis yang menandakan kepuasan hati, berpamitlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah Nabi Ismail. la berpesan kepada sang menantu, agar menyampaikan salamnya kepada Ismail disertai nasehat, supaya ambang pintu rumahnya dipertahankan, tidak perlu diubah atau diganti karena masih cukup kuat.
Sekembali Ismail dari berburu di waktu senja, sebagaimana biasa ia dapat mencium bau ayahnya dan bertanya kepada isterinya:
"Adakah seorang tamu yang datang ke sini pad a hari ini?" Sang isteri menjawab: "Ya, ada seorang tua, yang menurut tampangnya ia adalah seorang alim yang berwibawa, datang bertamu dan sejurus duduk bercakap-cakap dan bertanya keadaan kami, lalu ia pamit keluar meninggalkan pesan untukmu." Nabi Ismail bertanya: ''Apakah pesan yang ditinggalkan untukku?" Sang isteri menjawab: "Ia minta agar kusampaikan salamnya kepadamu, dengan pesan agar ambang pintu rumah ini jangan diubah atau diganti, karena masih cukup baik dan kuat." Ismail berkata: "Itu adalah ayahku, dan pesannya berarti bahwa aku harus tetap bersamamu, dan tidak boleh menceraikanmu." Dari isteri inilah Nabi Ismail dikaruniai anak-anak yang merupakan keturunannya.

D. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail Membangun Ka'bah
Dalam dua kali perjalanannya ke Mekah, Nabi Ibrahim tidak berusaha menemui Ismail puteranya, walaupun tujuan kedatangannya adalah untuk menjenguknya. la merasa cukup dengan menemui isterinya untuk mengetahui keadaan putera (Ismail) yang sangat dicintainya. Namun dalam perjalanannya ke Mekah kali ini, ia harus bertemu muka dengan puteranya untuk berbincang-bincang tentang sesuatu tugas suci dan berat yang telah diterimanya dari Allah. fa ditugaskan untuk membangun Ka'bah, Baitullahi AI Haram, rumah suci pertama bagi umat manusia.
Sampailah Nabi Ibrahim di Mekah. Ismail tidak ditemuinya di rumah, maka dicarinyalah di dalam dan di luar kota, di perkampungan suku-suku, di perkemahan-perkemahan para perantau dan di mana saja yang dirasa Ismail berada. Akhirnya ditemukanlah Nabi Ismail yang lagi duduk seorang diri. la sedang merawat anak panahnya di bawah sebuah pohon rindang di dekat mata air Zam-Zam. Ketika dilihatnya sang ayah sedang berjalan menuju tempat ia berada, berdirilah Nabi Ismail dengan wajah berseri-seri menjemput ayahnya. Berpeluk-pelukanlah sang ayah dengan puteranya untuk memuaskan rasa rindu mereka.
Usai menceritakan keadaan pribadi, rumah tangga dan kesehatan masing-masing, Ibrahim menyampaikan maksud dan tujuannya. Beliau telah ditugaskan oleh Allah untuk membangun Ka'bah di atas sebuah anak bukit. Ismail menyambut baik pemberitahuan ayahnya, seraya menandaskan kesanggupannya akan membantu, mendam-pingi ayahnya untuk melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh Allah.
Bergegaslah kedua hamba Allah, yaitu Ibrahim dan puteranya Ismail untuk membangun Baitillah. Alat-alat dan bahan bangunan disiapkan. Tanah digali untuk landasan bangunan. Tembok dibangun hingga mencapai ketinggian, sehingga tangan Nabi Ibrahim tidak dapat menjangkaunya. la memerintahkan Nabi Ismail mencari batu besar untuk menjadi tumpuan kaki, mencapai puncak tembok yang sudah meninggi. Ismail membawa sebuah batu, dengan batu itu Ibrahim dapat mencapai puncak yang tinggi. Batu itu disebut maqam Ibrahim yang berbekas pa.danya kaki Nabi Ibrahim.
Dengan giatnya kedua hamba Allah itu tanpa pertolongan dan bantuan orang lain. Menyelesaikan bagian demi bagian dari pembangunan Ka'bah, sehingga selesai seluruhnya, berdiri tegak sesuai perintah Allah kepada Rasul-Nya. Berserulah Nabi Ibrahim kepada Allah setelah melihat bangunannya rampung dengan sempurna: "Ya Tuhan kami! Terimalah amal kami dan jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada-Mu. Tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami serta terimalah tau bat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima tau bat lagi Maha Penyayang."
Kisah Nabi Ibrahim yang ada hubungannya dengan Nabi Ismail, daJam AI Qur'an diceritakan sebanyak 30 ayat dalam 5 surat, di antaranya Surat Ibrahim ayat 35 s.d 41 sebagai berikut.
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala." (QS. Ibrahim: 35)
Artinya:
Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan. kebanyakan manusia, maka barang siapa yang mengikutiku, maka orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ibrahim: 36)
Artinya:
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati; ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar merekamendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim: 37)
Artinya:
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kam,i sembunyikan dan apa yang kami lahirkan, dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. (QS. Ibrahim: 38)
Artinya:
Segala puji bagi Allah, yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. (QS. Ibrahim: 39)
Artinya:
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (QS Ibrahim:40)
Artinya:
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat). (QS. Ibrahim: 41)

Juga Allah menerangkan di dalam AI Qur'an surat Ash Shaaffat ayat 99 sid 113 sebagai berikut ..
Artinya:
Dan Ibrahim berkata: "Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia memberi petunjuk kepadaku." (QS. Ash Shaaffat: 99)
Artinya:
Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS. Ash Shaaffat: 100)
Artinya:
Maka kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang sabar. (QS. Ash Shaaffat: 101)
Artinya:
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku! sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu." la menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah, engkau akan mendapatkan aku termasuk orang-orang yang sabar." (QS. Ash Shaaffat: 102)
Artinya:
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Nabi Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipisnya (nyatalah kesabaran keduanya). (QS. Ash Shaaffat: 103)
Artinya:
Dan kami panggillah dia, Hai Ibrahim. (QS. Ash Shaaffat: 104)
Artinya:
Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Ash Shaaffat: 105)
Artinya:
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (QS. Ash Shaaffat: 106)
Artinya:
Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (QS. Ash Shaaffat: 107)
Artinya:
Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (QS. Ash Shaaffat: 108)
Artinya:
(Yaitu) kesejahteraan dilimpahkan kepada Ibrahim. (QS. Ash Shaaffat: 109)
Artinya:
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang- orang yang berbuat baik. (QS. Ash Shaaffat: 110)
Artinya:
Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba yang berbuat baik. (QS. Ash Shaaffat: 111)
Artinya:
Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq, seorang Nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS. Ash Shaaffat: 112)
Artinya:
Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara anak cucu yang berbuat baik dan ada pula yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata. (QS. Ash Shaaffat: 113)
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman, dan jadilah sebagian maqam Ibrahim tempt,lt shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud." (QS. Al Baqarah: 125)
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri aman sentosa dan berikanlah rezeki dan buah-buahan kepada penduduknya yang beriman kepada Allah dan hari kemudian." Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan semen tara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali." (QS. Al Baqarah: 126)
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan (membangun) dasardasar Baitullah beserta Ismail seraya berdoa: "Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami) sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui .. " (QS. Al Baqarah: 127)
Artinya:
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan jadikanlah di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kami caracara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al Baqarah: 128)

E. Hikmah yang Terkandung dari Kisah Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim
  1. Nabi Ismail dalam kisah ini dapat menjadi contoh dan teladan yang baik. la anak yang saleh, taat kepada Allah, dan kepada orang tuanya. la dengan ikhlas dan hati yang tabah menyerahkan jiwanya untuk dikorbankan, setelah diberitahu oleh ayahnya bahwa hal itu diperintahkan oleh Allah. Dengan demikian ia telah memenuhi perintah Allah dan sekaligus mempermudah ayahnya melaksanakan tugasnya.
  2. Terdapat gambaran sifat dan akhlak dua perempuan yang dapat dijadikan teladan bagi wanita-wanita yang bersuami. Seorang wanita, isteri Nabi Ismail yang pertama, digambarkan sebagai wanita yang tidak mengenal syukur kepada Allah. la berkeluh kesah kepada orang asing yang belum dikenalnya. tentang keadaan rumah tangganya yang melarat, susah dan serba kekurangan. Seorang wanita lain (isteri Ismail kedua) digambarkan sebagai wanita yang bijaksana. Menunjukkan rasa puas tentang rumah tangganya, yang bahagia, sentosa, serba cukup dan tidak kurang sesuatu berkat rahmat Allah dan pertolongan-Nya.
  3. Bahwa Nabi Ibrahim mempunyai jiwa yang kritis dan selalu haus kepada pengetahuan dan kebenaran. la ingin mempercayai segafa sesuatu secara mendalam dan meyakinkan. Jika ia meragukan sesuatu, ia berusaha dan berdaya upaya menghilangkan keraguraguannya itu dengan mencari fakta dan bukti yang dapat diterima akal pikiran dan hati nuraninya. la tidak segan-segan memohon kepada Allah agar dipertunjukkan kepadanya, bagaimana Tuhan menghidupkan kembali makhluk yang sudah mati, hal ituuntuk memberi keyakinan yang mantap kepada dirinya.
  4. Nabi Ibrahim adalah seorang yang murah hati dan cinta kepada tamu. la menerima tamu-tamunya dengan ramah tamah, wajah berseri-seri dan kehormatan yang layak. Sikap yang demikian itu telah nampak jelas ketika beliau menerima tamu-tamunya. Para malaikat yang menyamar sebagai manusia biasa, sebagai penghormatan, ia segera memotong seekor sapi sebagai jamuan makan mereka. Sifat murah hati dan cinta tamu adalah salah satu akhlak Islam yang patut dimiliki oleh setiap muslim, sebagaimana sabda Rasulullah S.A.W. yang artinya: "Hormatilah tamumu walaupun ia seorang kafir, dan tidak termasuk golonganku, barangsiapa yang tidak menghormati tamunya."
  5. Nabi Ibrahim berbudi pekerti dan berakhlak luhur. Tahu bagaimana ia harus berlaku terhadap ayahnya yang berlainan kepercayaan dan pendirian. la mengajak ayahnya agar beriman kepada Tuhan, meninggalkan syirik dan persembahan berhalanya, dengan santun dan sikap hormat. la tidak membalas sikap angkuh dan kata-kata kasar ayahnya dengan sikap dan kata-kata serupa. Bahkan ia berdoa dan beristighfar memintakan ampun bagi ayahnya, dengan harapan bahwa Allah akan memberi hidayah dan petunjuk kepadanya. Contoh dan teladan yang diberikan oleh Nabi Ibrahim itu sesuai dengan ajaran Islam. Ajaran Islam mewajibkan anak berbakti kepada orang tua, mentaati perintah-perintahnya selama tidak bertentangan dengan perintah Allah dan tidak merupakan perbuatan maksiat.
  6. Aqidah dan iman yang sudah mantap dan meresap di dalam hati seseorang, akan sangat berpengaruh terhadap perilakunya, tindak tanduknya dan cara berpikirnya. la akan menganggap segala pengorbanan dan penderitaan yang dialaminya dalam membela aqidah adalah suatu hal yang ringan, walaupun ia dilemparkan ke dalamapi seperti dialami oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang akan disembelih. Jika seorang patriot bangsa rela mengorbankan jiwa raga untuk membela tanah air dan bangsanya, maka seorang mukmin yang sudah tergolong Shiddiqin hendaklah lebih rela dan ikhlas menyerahkan jiwa raga dan segala apa yang dimiliki kepada Allah, Tuhan penciptanya.
  7. Nabi Ibrahim dalam dakwahnya kepada kaum penentang tidak meninggalkan cara mujadalah. Dia berdialog dengan tujuan agar mereka menggunakan akal dan pikiran guna mempertimbangkan dan membanding-bandingkan hujjah dan dalil-dalil yang dibawanya. Agar mereka mengikuti dan menerima dakwah dengan keyakinan dan bukan secara buta-tuli. Hal demikian tercermin dalam perdebatan yang berlaku antara Nabi Ibrahim dan para penyembah bintang-bintang, dan dalam tanya jawab antara beliau dan Raja Namrudz. Demikian pula ketika beliau menghadapi mereka dalam kasus pengrusakan berhala-berhala.
  8. Wujud penentangan Nabi Ibrahim terhadap kemungkaran yang dilakukan oleh kaumnya, telah dilakukannya dengan lisan dan perbuatan. la menumbangkan berhala-berhala persembahan kaumnya dengan tangannya sendiri, tanpa memikirkan aki.bat yang akan terjadi dari perbuatan nekat itu. Dengan demikian Nabi Ibrahim telah memberi contoh melakukan nahi munkar dalam tingkat dan cara yang terberat. Tiga cara tersebut telah digariskan oleh Rasulullh SAW. dalam sabdanya yang artinya: "Barang siapa dari kamu melihat perbuatan munkar, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya; bila tidak mampu, maka hendaklah mengubahnya dengan lisannya; dan apabila masih tidak mampu, maka hendaklah ia mengubah dengan hatinya. Namun tingkat yang terakhir itu menandakan kelemahan iman."
0 komentar:

Posting Komentar

ALEXA

Mengenai Saya

Foto saya
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (Qs. Al-Anbiyaa:35) Semoga menjadi kenangan Disaat saya Tidak Lagi Di Dunia Ini

Followers