A. Masa Kedl Nabi Ibrahim
Nabi
Ibrahim A.S. adalah anak Azar, tukang pembuat patungpatung yang
menjadi sesembahan. Nabi Ibrahim A.S. dila-hirkan di tengah-tengah
masyarakat yang penuh dengan kemusyrikan dan kekufuran, tetapi Nabi
Ibrahim terpelihara dari perbuatan kufur itu. Siapakah yang memelihara
dan menjaga Ibrahim dari perbuatan yang demikian? ltulah Allah SWT, yang
menjadikan alam semesta ini, yang berkuasa dalam segala hal. Allah
menghendaki supaya Ibrahim menjadi seorang nabi dan rasul yang akan
me-nyampaikan risalahNya kepada manusia. Pada zaman Nabi Ibrahim itu
ada seorang raja yang sangat zalim bernama "Namrudz."
Nasib
Nabi Ibrahim A.S. semasa kedl, hampir sarna dengan Nabi Musa A.S.
Mereka berdua sarna-sarna dibuang atau dipisahkan dari orang tuanya,
karena pad a waktu itu ada undang-undang raja, yang tidak memperbolehkan
hidup setiap anak laki-laki yang lahir.
Pada
zaman Nabi Musa A.S., raja Fir'aunlah yang mengeluarkan undang-undang
kerajaan, bahwa setiap bayi laki-laki keturunan Israil yang lahir di
tahun itu, tidak boleh dibiarkan hidup, tetapi hendaklah disembelih.
Beribu-ribu bayi Israil menjadi korban kekejaman Fir'aun.
Pada
zaman Nabi Ibrahim A.S., raja Namrudzlah yang mengeluarkan
undang-undang kerajaan bahwa tidak membiarkan hidup bayi laki-laki yang
lahir. Bila ada bayi laki-laki lahir, haruslah dibunuh. Kedua raja
tersebut (Namrudz dan Fir'aun), mengeluarkan peraturan semacam itu,
karena merasa cemas dan takut, jika bayi laki-Iaki dibiarkan hidup,
mungkin nanti ada di antara mereka yang akan dapat menghancurkan
kerajaannya.
Nabi
Musa A.S. dihanyutkan orang tuanya ke sungai Nil, dimasukkan ke dalam
sebuah peti, dengan tujuan supaya anak ini tidak dibunuh, dan semoga
dipungut orang lain untuk dipelihara. Demikian pula orang tua Nabi
Ibrahim A.S., tidak sampai hati untuk membunuh anak itu. Orang tuanya
berpendapat, lebih baik anak itu dibuang saja ke dalam hutan rimba.
Menurut perkiraan manusia, tentulah Ibrahim mati dalam gua tempatnya
dibuang itu, mungkin dimakan ular dan sebagainya.
Terjadilah
keajaiban, Ibrahim bertambah besar dan sehat wal afiat di dalam gua
itu. Apa yang menjadi makanan Ibrahim di dalam gua itu, sehingga ia
dapat hidup dengan sehat dan selamat? la menghisap jarinya, apabila ia
mengisap jarinya, maka keluarlah air madu. Allahlah yang menjaga dan
memelihara Ibrahim di dalam goa itu, sehingga beliau selamat dan tidak
mendapat gangguan dari siapapun.
Sewaktu
orang tua Ibrahim menengok ke dalam goa, mereka menyangka anaknya sudah
mati. Dugaan orang tua Ibrahim ternyata meleset, karena Ibrahim
ternyata sehat wal afiat. Mereka pun tercengang melihat hal yang sangat
aneh, yang benar-benar terjadi pad a anaknya. Maka sejak saat itu orang
tua Ibrahim sering menengok ke tempat itu. Hal itu dirahasiakan agar
jangan sampai diketahui orang lain. Mereka belum berani membawa anaknya
pulang ke kampung halaman, selama peraturan raja yang zalim itu masih
berlaku.
Sewaktu
Ibrahim sudah besar dan mengerti akan sesuatu, maka bertanyalah ia
kepada orang tuanya: "Hai ibu bapakku! Siapakah yang menjadikan diri
saya ini?" Orang tuanya menjawab: "Yang menjadikan engkau adalah kami
(ibu bapakmu), karena engkau lahir ke dunia ini dengan sebab adanya
kami." Ibrahim bertanya lagi:
"Bapa
dan ibu, siapa pula yang menjadikan?" Jawabnya: "Nenek dan kakek kamu,
karena kami lahir disebabkan mereka pula." Ibrahim bertanya lagi: "Kalau
begitu siapakah yang mula-mula sekali menjadikan yang ada ini?" Orang
tuanya tak dapat menjawab.
Demikianlah,
Ibrahim selalu menanyakan siapakah gerangan yang menjadikan alam
semesta ini. Tak seorang pun dapat menunjukkan dan mengajarkan. karena
semua buta tentang ilmu ketuhanan. Ibrahim berusaha menggunakan akal
dan pikirannya yang sangat terbatas, namun beliau gagal untuk
mendapatkan jawaban, siapakah sebenarnya yang menjadikan alam ini.
Perjalanan
Nabi Ibrahim A.S. mencari Tuhan ini telah diterangkan di dalam AI
Qur'an surat AI An-'aam ayat 76 s.d 79 sebagai berikut:
Artinya:
Ketika hari telah malam, Ibrahim melihat bintang, katanya: "Inikah Tuhanku?" Tetapi setelah dilihatnya bintang terbenam, ia berkata: "Aku tidak akan bertuhan kepada yang terbenam." (QS. Al An'aam: 76)
Ketika hari telah malam, Ibrahim melihat bintang, katanya: "Inikah Tuhanku?" Tetapi setelah dilihatnya bintang terbenam, ia berkata: "Aku tidak akan bertuhan kepada yang terbenam." (QS. Al An'aam: 76)
Artinya:
Sesudah itu ia melihat akan bulan purnama yang memancarkan cahaya yang gilang gemilang, ia pun berkata: "lnikah Tuhanku?" Tetapi setelah bulan itu lenyap, maka lenyap pula pendapatnya bertuhan kepada bulan itu dan berkata: "Kalau tidak Tuhanku yang menunjuki, tentu aku menjadi sesat." (QS. Al An'aam: 77)
Sesudah itu ia melihat akan bulan purnama yang memancarkan cahaya yang gilang gemilang, ia pun berkata: "lnikah Tuhanku?" Tetapi setelah bulan itu lenyap, maka lenyap pula pendapatnya bertuhan kepada bulan itu dan berkata: "Kalau tidak Tuhanku yang menunjuki, tentu aku menjadi sesat." (QS. Al An'aam: 77)
Artinya:
Pada waktu siang, kelihatan pula olehnya matahari (yang lebih besar dan lebih bercahaya daripada apa-apa yang ia lihat sebelumnya), maka iapun berkata: "0, inilah Tuhanku yang sebenarnya, inilah yang paling besar" Tetapi setelah matahari terbenam iapun berkata: "Hai kaumku! Aku tidak mau memperserikatkan Tuhan seperti kamu." (QS. Al An'aam: 78)
Pada waktu siang, kelihatan pula olehnya matahari (yang lebih besar dan lebih bercahaya daripada apa-apa yang ia lihat sebelumnya), maka iapun berkata: "0, inilah Tuhanku yang sebenarnya, inilah yang paling besar" Tetapi setelah matahari terbenam iapun berkata: "Hai kaumku! Aku tidak mau memperserikatkan Tuhan seperti kamu." (QS. Al An'aam: 78)
Artinya:
Aku hanya bertuhan kepada yang menjadikan langit dan bumi dengan ikhlas dan aku sekali-kali tidak mau mempersekutukanNya. (QS. Al An'aam: 79)
Aku hanya bertuhan kepada yang menjadikan langit dan bumi dengan ikhlas dan aku sekali-kali tidak mau mempersekutukanNya. (QS. Al An'aam: 79)
B. Nabi Ibrahim Menentang Kaumnya
Setelah
Nabi Ibrahim dewasa, dan telah dianugerahi oleh Allah suatu kepandaian
berpikir yang luar biasa, maka ia berani berdebat dengan orang tua dan
kaumnya mngenai ketuhanan. Hal ini diterangkan Allah di dalam Al Qur'an
surat Al Anbiyaa' ayat 51-67 sebagai berikut.
Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya. (QS. Al Anbiyaa': 51)
Dan sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya. (QS. Al Anbiyaa': 51)
Artinya:
(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?" (QS. AI Anbiyaa': 52)
(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?" (QS. AI Anbiyaa': 52)
Artinya:
Mereka menjawab: "Kami dapati bapak-bapak kami menyembahnya." (QS. AI Anbiyaa': 53)
Mereka menjawab: "Kami dapati bapak-bapak kami menyembahnya." (QS. AI Anbiyaa': 53)
Artinya:
Sahut Ibrahim: "Sesungguhnya kamu bersama bapak-bapakmu itu adalah di dalam kesesatan yang nyata." (QS. AI Anbiyaa': 54)
Sahut Ibrahim: "Sesungguhnya kamu bersama bapak-bapakmu itu adalah di dalam kesesatan yang nyata." (QS. AI Anbiyaa': 54)
Artinya:
Mereka itu bertanya: "Betulkah engkau mendatangkan kebenaran kepada kami, atau engkau hendak mempermainkan kami saja." (QS. AI Anbiyaa': 55)
Mereka itu bertanya: "Betulkah engkau mendatangkan kebenaran kepada kami, atau engkau hendak mempermainkan kami saja." (QS. AI Anbiyaa': 55)
Artinya:
Sahut Ibrahim: "Bahkan Tuhan kamu, ialah yang mengatur langit dan bumi yang dijadikan-Nya. Dan saya menjadi seorang saksi bagimu." (QS. AI Anbiyaa': 56)
Sahut Ibrahim: "Bahkan Tuhan kamu, ialah yang mengatur langit dan bumi yang dijadikan-Nya. Dan saya menjadi seorang saksi bagimu." (QS. AI Anbiyaa': 56)
Artinya:
Demi Allah, saya hancurkan berhalamu, sepeninggalanmu pergi ke tempat perhimpunanmu. (QS. AI Anbiyaa': 57)
Demi Allah, saya hancurkan berhalamu, sepeninggalanmu pergi ke tempat perhimpunanmu. (QS. AI Anbiyaa': 57)
Artinya:
Dihancurkanya berhala mereka, sehingga menjadi pecah belah, kecuali sebuah berhala besar; mudah-mudahan mereka kembali melihatnya. (QS. Al Anbiyaa': 58)
Dihancurkanya berhala mereka, sehingga menjadi pecah belah, kecuali sebuah berhala besar; mudah-mudahan mereka kembali melihatnya. (QS. Al Anbiyaa': 58)
Artinya:
Kemudian mereka itu berkata: "Siapa yang berbuat semacam ini terhadap Tuhan kita? Sesungguhnya orang itu seorang yang aniaya." (QS. Al Anbiyaa': 59)
Kemudian mereka itu berkata: "Siapa yang berbuat semacam ini terhadap Tuhan kita? Sesungguhnya orang itu seorang yang aniaya." (QS. Al Anbiyaa': 59)
Artinya:
Di antara mereka ada yang berkata: "Kami dengar ada seorang anak muda, yang mencaci dan menista Tuhan kita, namanya Ibrahim." (QS. Al Anbiyaa': 60)
Di antara mereka ada yang berkata: "Kami dengar ada seorang anak muda, yang mencaci dan menista Tuhan kita, namanya Ibrahim." (QS. Al Anbiyaa': 60)
Artinya:
Sahut mereka: "Suruh datanglah dia kemari di hadapan orang ramai, supaya mereka mempersaksikan." (QS. AI Anbiyaa': 61)
Sahut mereka: "Suruh datanglah dia kemari di hadapan orang ramai, supaya mereka mempersaksikan." (QS. AI Anbiyaa': 61)
Artinya:
Kemudian mereka itu bertanya: "Engkaukah yang berbuat semacam ini atas tuhan-tuhan kami?" (QS. AI Anbiyaa': 62)
Kemudian mereka itu bertanya: "Engkaukah yang berbuat semacam ini atas tuhan-tuhan kami?" (QS. AI Anbiyaa': 62)
Artinya:
Jawab Ibrahim: "Bukan, yang berbuat demikian ini ialah patung yang terbesar ini. Cobalah tanyakan kepadanya, jika mereka bisa berbicara." (QS. Al Anbiyaa': 63)
Jawab Ibrahim: "Bukan, yang berbuat demikian ini ialah patung yang terbesar ini. Cobalah tanyakan kepadanya, jika mereka bisa berbicara." (QS. Al Anbiyaa': 63)
Artinya:
Dihancurkanya berhala mereka, sehingga menjadi pecah belah, kecuali sebuah berhala besar; mudah-mudahan mereka kembali melihatnya. (QS. Al Anbiyaa': 58)
Dihancurkanya berhala mereka, sehingga menjadi pecah belah, kecuali sebuah berhala besar; mudah-mudahan mereka kembali melihatnya. (QS. Al Anbiyaa': 58)
Artinya:
Kemudian mereka itu berkata: "Siapa yang berbuat semacam ini terhadap Tuhan kita? Sesungguhnya orang itu seorang yang aniaya." (QS. Al Anbiyaa': 59)
Kemudian mereka itu berkata: "Siapa yang berbuat semacam ini terhadap Tuhan kita? Sesungguhnya orang itu seorang yang aniaya." (QS. Al Anbiyaa': 59)
Artinya:
Di antara mereka ada yang berkata: "Kami dengar ada seorang anak muda, yang mencaci dan menista Tuhan kita, namanya Ibrahim. " (QS. Al Anbiyaa': 60)
Di antara mereka ada yang berkata: "Kami dengar ada seorang anak muda, yang mencaci dan menista Tuhan kita, namanya Ibrahim. " (QS. Al Anbiyaa': 60)
Artinya:
Sahut mereka: "Suruh datanglah dia kemari di hadapan orang ramai, supaya mereka mempersaksikan." (QS. Al Anbiyaa': 61)
Sahut mereka: "Suruh datanglah dia kemari di hadapan orang ramai, supaya mereka mempersaksikan." (QS. Al Anbiyaa': 61)
Artinya:
Kemudian mereka itu bertanya: "Engkaukah yang berbuat semacam ini atas tuhan-tuhan kami?" (QS. Al Anbiyaa': 62)
Kemudian mereka itu bertanya: "Engkaukah yang berbuat semacam ini atas tuhan-tuhan kami?" (QS. Al Anbiyaa': 62)
Artinya:
Jawab Ibrahim: "Eukan, yang berbuat demikian ini ialah patung yang terbesar ini. Cobalah tanyakan kepadanya, jika mereka bisa berbicara." (QS. Al Anbiyaa': 63)
Jawab Ibrahim: "Eukan, yang berbuat demikian ini ialah patung yang terbesar ini. Cobalah tanyakan kepadanya, jika mereka bisa berbicara." (QS. Al Anbiyaa': 63)
Artinya:
Maka kembalilah mereka menanyakan kepada diri mereka sendiri katanya: "Sesungguhnya kamu orang yang aniaya." (QS. Al Anbiyaa': 64)
Maka kembalilah mereka menanyakan kepada diri mereka sendiri katanya: "Sesungguhnya kamu orang yang aniaya." (QS. Al Anbiyaa': 64)
Artinya:
Kemudian tertunduklah kepala mereka (bingung dan malu, akhirnya berkata): "Sesungguhnya engkau (hai Ibrahim) telah mengetahui, bahwa tuhan-tuhan kami (patung-patung itu) tidak pandai-pandai berbicara." (QS.AI Anbiyaa': 65)
Kemudian tertunduklah kepala mereka (bingung dan malu, akhirnya berkata): "Sesungguhnya engkau (hai Ibrahim) telah mengetahui, bahwa tuhan-tuhan kami (patung-patung itu) tidak pandai-pandai berbicara." (QS.AI Anbiyaa': 65)
Artinya:
Berkata Ibrahim: "Patutkahkamu menyembah yang bukan Allah sednng ia tidak bisa memberi manfaat sedikit juga, dan tiada pula memberi mudharat kepadnmu?" (QS. Al Anbiyaa': 66)
Berkata Ibrahim: "Patutkahkamu menyembah yang bukan Allah sednng ia tidak bisa memberi manfaat sedikit juga, dan tiada pula memberi mudharat kepadnmu?" (QS. Al Anbiyaa': 66)
Artinya:
Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak berakal. (QS. Al Anbiyaa': 67)
Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak berakal. (QS. Al Anbiyaa': 67)
Betapa
beraninya Nabi Ibrahim menghancurkan berhala sesembahan mereka. Pandai
benar Ibrahim dalam melakukan pekerjaan itu. Berhala itu dihancurkannya
dengan kapak. Kapak itu disandangkan ke bahu patung yang terbesar,
seakan-akan patung terbesar itulah yang memusnahkan patung yang
kecil-kecil.
Tatkala
mereka datang ke tempat peribadatan (rumah berhala) untuk menyembah,
alangkah terkejutnya mereka, melihat tuhan-tuhan mereka telah pecah
berantakan. Mereka pun saling bertanya, siapakah yang berani
menghancurkan tuhan-tuhan itu? Di antara mereka ada yang berkata:
"Barangkali,
yang berani menghancurkan tuhan-tuhan kita adalah seorang anak muda
yang selalu mencaci maki berhala-berhala ini. Cobalah kita tanyakan
kepadanya, barangkali ia yang berbuat seperti ini.
Mereka
memanggil pemuda yang dicurigainya, yaitu Ibrahim. Ibrahim menjawab:
"Cobalah kalian tanyakan kepada patung yang besar ini, karena dia yang
menyandang kapak, barangkali ia tidak mau diperserikatkan dengan
patung-patung yang kecil."
Setelah
mendengar perkataan Nabi Ibrahim, mereka sempat berpikir, bahwa
patung-patung itu hanyalah benda mati yang tidak dapat berbicara,
mengapa justru patung itu yang mereka sembah?
Walaupun
Nabi Ibrahim benar, kebanyakan dari mereka meminta kepada rajanya
supaya Ibrahim dihukum mati, dibakar dalam api yang menyala-nyala.
Dengan demikian Ibrahim harus menjalani hukuman mati. Allah yang lebih
berkuasa dalam segala hal, menjadikan Nabi Ibrahim tidak mendapat bahaya
sedikit pun. Allah senantiasa memelihara dirinya.
C. Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup
Orang-orang
kafir mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya untuk membakar
Ibrahim. Setelah kayu itu bertimbun-timbun, segeralah dinyalakan.
Mereka mula-mula merasa kebingungan, bagaimana cara memasukkan Ibrahim
ke dalam api yang bergejolak. Mereka tidak bisa mendekati api besar itu
dari jarak dekat.
Atas
petunjuk setan, dapatlah mereka memasukkan Ibrahim ke dalam api.
Ibrahim dilemparkan seperti anak panah yang dilentingkan dari jarak jauh
masuk ke dalam api yang sedang bergejolak. Mereka merasa puas dan
berkerumun, menonton dari jauh atas peristiwa yang mengerikan itu.
Mereka
menyangka bahwa Ibrahim telah berakhir hidupnya. Mereka merasa menang
dalam hal ini. Alangkah terkejutnya mereka sewaktu api sudah padam, kayu
bakar sudah habis, Ibrahim keluar dari api dengan selamat, bahkan
sehelai rambut pun tak ada yang terbakar.
Hal ini telah diterangkan oleh Allah di dalam Al Qur'an yang artinya:
"Hai api! Hendaklah dingin dan selamatkan Ibrahim!"
Beginilah
kekuasaan Allah, tak ada bandingannya. Api, alat pembakar yang sangat
panas, tetapi dapat menjadi dingin apabila disuruh Allah. Api itu dingin
untuk Ibrahim, bagi orang lain bukan main panasnya. Oleh karena itu,
apabila manusia takut dibakar oleh api neraka, maka takutlah kepada
Allah agar terpelihara dari siksa neraka.
D. Ujian Allah kepada Nabi Ibrahim
Nabi
Ibrahim A.S. mempunyai dua orang istri, istri yang pertama bernama
"Siti Sarah" yang kedua bernama "Siti Hajar." Mulanya Nabi Ibrahim tidak
memperoleh anak dengan Siti Sarah, kemudian beliau kawin dengan Siti
Hajar, barulah beliau mendapat anak bernama Ismail. Setelah Siti Sarah
agak berusia lanjut, beliau mendapat putera yang diberi nama Ishaq.
Ishaq adalah ayah dari Nabi Ya'qub A.S. Menurut riwayat, keturunan Nabi
Ishaq adalah yang menurunkan Nabi Musa A.S. Keturunan Nabi Ismail kelak
akan menurunkan Nabi Muhammad SAW.
Suatu
ketika Ibrahim bermimpi disuruh Allah agar menyembelih anaknya
(Ismail). Nabi Ibrahim pun bermusyawarah dengan anak dan isterinya (Siti
Hajar dan Ismail), tentang pendapat keduanya tentang mimpi itu. Berkata
Siti Hajar: "Barangkali mimpi ini adalah permainan tidur belaka, maka
janganlah engkau melakukannya. Akan tetapi apabila mimpi itu merupakan
wahyu Allah yang harus ditaati, maka saya berserah diri kepada Allah
yang sangat pengasih dan penyayang terhadap hamba-Nya." Berkata Ismail:
"Wahai ayah, apabila ini merupakan wahyu yang harus kita taati, maka
saya pun rela untuk disembelih." Ketiga orang anak beranak itu ikhlas
melakukan perintah Tuhannya. Pada keesokan harinya dilakukanlah perintah
itu.
Nabi
Ismail berkata kepada bapaknya: "Sembelihlah saya dengan keadaan
menelungkup. Mata ayah hendaklah ditutup, kemudian ayah hams dapat
memperkirakan arah mana pedang yang tajam itu ayah pukulkan, supaya
tepat pada leher saya." Nabi Ibrahim pun melaksanakan usul itu, beliau
mengucapkan kalimat atas nama Allah, seraya memasungkan pedang yang
tajam ke leher anaknya. Terpancarlah darah ke badan Ibrahim, dan
gemetarlah dirinya, mengenangkan puteranya yang telah cerai antara
kepala dengan badannya.
Alangkah
terkejut dan gembira setelah kain penutup matanya dibuka. Ternyata
anaknya (Ismail) tidak tersembelih, malahan seekor kibaslah yang
tersembelih, tadinya tak ada kibas di tempat itu dan Ismail berada di
samping ayahnya.
Dengan
memuji kebesaran dan kekuasaan Allah, berangkulanlah kedua orang itu.
Mereka bersyukur telah dapat melaksanakan perintah Allah. Kemudian
pulanglah keduanya ke rumah. Sepanjang jalan keduanya terus membaca
takbir dan tasbih memuji Allah, Tuhan yang menjadikan alam semesta. Siti
Hajar mendengar suara takbir dari jauh yang makin lama semakin dekat.
Ternyata suara itu adalah suara suami dan anaknya. Tefperanjatlah dia,
sambi I berlari menyongsong suami dan anaknya.
Siti
Hajar yang tadinya menangis sejak melepas anaknya yang akan disembelih,
ditambah pula setan pun datang menggoda, seraya mengatakan bahwa
Ibrahim (suaminya) telah gila dan sebagainya, tetapi setelah melihat
mereka tiba, maka sangat bergembira dan bersyukurlah ia.
Hajar
menyambut kedatangan suami dan anaknya yang kembali dengan selamat
sejahtera. Alhamdulillah Siti Hajar seorang wanita Islam yang taat
kepada Allah, tidak terpedaya oleh godaan setan; menangisnya bukan
karena marah kepada Ibrahim, sekali-kali tidak, itu hanyalah tangis
kesayangan dari seorang ibu kepada anaknya yang akan dikorbankan itu.
Ketiga
orang itu bukan main girangnya, karena dapat melakukan ibadah baktinya
kepada Tuhan. Mereka bertiga adalah golongan hamba Allah yang baik-baik.
Peristiwa ini telah diterangkan oleh Allah di dalam AI Qur'an surat Ash Shaaffat ayat 101-111 sebagai berikut:
Artinya:
Kemudian Kami beri kabar gembira ia (Ibrahim) dengan seorang anak yang penyantun. (QS. Ash Shaaffat: 101)
Kemudian Kami beri kabar gembira ia (Ibrahim) dengan seorang anak yang penyantun. (QS. Ash Shaaffat: 101)
Artinya:
Takala anak itu sudah besar, berkata Ibrahim kepadanya: "Hai anakku! Aku bermimpi dalam tidur, seolah-olah aku menyembelih engkau, maka perhatikanlah apakah pikiran engkau?" Sahut anaknya: "Hai bapaku! Berbuatlah apa yang diperintahkan itu (yaitu menyembelih saya), engkau bakal melihat saya berhati sabar, Isya Allah. " (QS. Ash Shaaffat: 102)
Takala anak itu sudah besar, berkata Ibrahim kepadanya: "Hai anakku! Aku bermimpi dalam tidur, seolah-olah aku menyembelih engkau, maka perhatikanlah apakah pikiran engkau?" Sahut anaknya: "Hai bapaku! Berbuatlah apa yang diperintahkan itu (yaitu menyembelih saya), engkau bakal melihat saya berhati sabar, Isya Allah. " (QS. Ash Shaaffat: 102)
Artinya:
Tatkala keduanya tunduk menurut perintah Allah dan telah digulingkannya anaknya ke tanah hendak disembelihnya, (nyatalah kesabaran keduanya). (QS. Ash Shaaffat: 103)
Tatkala keduanya tunduk menurut perintah Allah dan telah digulingkannya anaknya ke tanah hendak disembelihnya, (nyatalah kesabaran keduanya). (QS. Ash Shaaffat: 103)
Artinya:
Kami berseru: "Rai Ibrahim! Sesungguhnya telah engkau turuti mimpi itu." (QS. Ash Shaaffat: 104)
Kami berseru: "Rai Ibrahim! Sesungguhnya telah engkau turuti mimpi itu." (QS. Ash Shaaffat: 104)
Artinya:
Begitulah Kami membalas orang-orang yang baik. (QS. Ash Shaaffat: 105)
Begitulah Kami membalas orang-orang yang baik. (QS. Ash Shaaffat: 105)
Artinya:
Sesungguhnya ini cobaan yang jelas dari Allah. (QS. Ash Shaaffat: 106)
Sesungguhnya ini cobaan yang jelas dari Allah. (QS. Ash Shaaffat: 106)
Artinya:
Sesungguhnya dia salah seorang dari hamba-hamba Kami yang mukmin. (QS. Ash Shaaffat: 111)
Sesungguhnya dia salah seorang dari hamba-hamba Kami yang mukmin. (QS. Ash Shaaffat: 111)
E. Nabi Ibrahim Mendapat Mukjizat
Sewaktu
Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya
bagaimana cara menghidupkan yang mati, maka Allah berfirman kepadanya:
"Hai Ibrahim! Apakah kamu belum percaya kepada kekuasaan-Ku." Jawab
Ibrahim: "Maha Suci Tuhanku! Permintaanku ini supaya lebih mendekatkan
diriku kepada-Mu, mudah-mudahan doaku ini dikabulkan."
Nabi
Ibrahim orang yang sabar serta patuh menu rut perintah Allah, maka
doanya dikabulkan. Kepadanya diperlihatkan bagaimana cara Allah
menghidupkan sesuatu yang telah mati. Allah berfirman di dalam AI
Qur'an:
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Hai Tuhanku! Perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau dapat menghidupkan orang mati." Allah berfirman: "Tidakkah engkau percaya kepada-Ku?" Sahut Ibrahim: "Ya, aku percaya kepada Tuhanku, tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan keimananku)." Allah berfirman: "Ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah beifirman): "Kemudian letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggilah burungburung itu, niscaya datanglah semuanya kepada engkau dengan segera." Dan ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS Al Baqarah: 260)
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Hai Tuhanku! Perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau dapat menghidupkan orang mati." Allah berfirman: "Tidakkah engkau percaya kepada-Ku?" Sahut Ibrahim: "Ya, aku percaya kepada Tuhanku, tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan keimananku)." Allah berfirman: "Ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah beifirman): "Kemudian letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggilah burungburung itu, niscaya datanglah semuanya kepada engkau dengan segera." Dan ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS Al Baqarah: 260)
Demikianlah
Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya kepada Nabi Ibrahim. Keempat burung
yang sudah disembelih, dihancurkan tulang-belulang, diaduk menjadi satu,
dan tidak dapat ditentukan lagi satu persatu nama-nama bagian
anggota-anggota burung itu. Potongan-potongan itu dibagi pula jadi
beberapa tumpuk yang diletakkan di atas bukit-bukit yang berjauhan,
tetapi setelah dipanggil nama-nama burung satu persatu, maka
berlari-Iarilah daging, bulubulunya dari bukit yang satu dengan bukit
yang lain menjadi burung kembali sebagaimana semula.
F. Hikmah Yang Terkandung Dari Kisah Nabi Ibrahim
- Nabi Ibrahim A.S. dilahirkan di tengah-tengah masyarakat yang kufur musryik kepada Allah, tetapi Nabi Ibrahim dipelihara oleh Allah dari perbuatan yang demikian.
- Mula-mula Nabi Ibrahim A.S. mencari Tuhan dengan akalnya, kemudian Allahlah yang memberikan petunjuk kepadanya dengan cara mengenal Allah.
- Ayahnya bernama Azar, tukang membuat berhala yang akan disembahnya, Nabi Ibrahim sangat membenci kepada berhala itu.
- Beliau berani memusnahkan berhala yang menjadi sesembahan bapa dan kaumnya, sehingga dirinya dijatuhi hukuman mati dengan jalan dibakar.
- Nabi Ibrahim dibakar kaumnya, tetapi tidak terbakar, karena Allah melindungi dan memeliharanya.
- Nabi Ibrahim A.S. adalah seorang yang sangat takwa kepada Allah, beliau lulus dari cobaan Allah, sehingga mendapatkan ijazah surga.
- Beliau diuji oleh Allah, disuruh menyembelih anak kandungnya (Ismail), perintah Allah itu dipatuhinya. Allah menggantikan penyembelihan itu dengan seekor gibas, sehingga anaknya seJamat.
- Nabi Ibrahim mempunyai dua orang isteri yang salehah, dan anak keturunannya, yaitu Ishak dan Ismail pun menjadi anak yang saleh, bahkan menjadi RasuI.
- Segala doa Nabi Ibrahim dikabulkan oleh Allah, di antaranya adalah negeri Mekah sampai sekarang menjadi negeri yang subur makmur, walaupun padang pasir, rakyatnya tidak ada yang mati kelaparan.
12 Desember 2015 pukul 19.51
Ada sumber laen yg menyebutkan bahwa ayah nabi ibrahim/abraham adalah terakh.. Dan apakah mgkn seorg nabi berasal dr keturunan org2 kafir.. ??
Posting Komentar