Sekolah Nabi Dawud A.S

A. Perjalanan Awal Nabi Dawud A.S.
Dawud bin Yisya adalah salah seorang dari tiga belas bersaudara keturunan ketiga belas dari Nabi Ibrahim A.S. la bermukim di kota Baitlehem, kota kelahiran Nabi Isa A.S., bersama ayah dan dua bel as saudaranya.
Ketika Thalut, Raja Bani Israil mengumumkan untuk menyusun tentara rakyat berperang melawan bangsa Palestina, Dawud bersama dua orang kakaknya diperintah ayahnya untuk turut berjuang dan menggabungkan diri ke dalam barisan laskar Thalut. Dawud sebagai anak termuda di antara tiga bersaudara itu, dipesan agar berada di barisan belakang, tidak boleh turut bertempur. la ditugaskan untuk melayani kedua kakaknya yang berada di barisan depan. Dawud bertugas membawakan makanan dan minuman serta kebutuhankebutuhan lainnya bagi dua kakaknya. Selain itu ia harus memberi laporan kepada ayahnya tentang jalannya pertempuran dan keadaan kedua kakaknya di medan perang. la sekali-kali tidak diizinkan maju ke garis depan dan turut bertempur. Usianya masih muda dan belum. mempunyai pengalaman berperang.
Tetapi sewaktu pasukan Thalut dari Bani Israil berhadapan muka dengan pasukan jalut dari bangsa Palestina, Dawud lupa akan pesan ayahnya. Mendengar suara pasukan jalut yang nyaring dengan penuh kesombongan menantang, Dawud menawarkan diri untuk maju melawan. Dawud melawannya hanya dengan lemparan batu. Pasukan Thalut dari Bani Israil tak satu pun yang berani menghadangnya. Pertarungan antara Dawud dan pasukan jalut berakhir dengan terbunuhnya jalut.
Sebagai balasjasa Dawud yang berhasil mengalahkanJalut, ia dipungut menantu oleh Raja Thalut. Dikawinkan dengan puterinya bernama Mikyal. Hal itu sesuai janji yang telah diumumkan kepada semua pasukan, bahwa orang yang dapat berduel melawan Jalut dan mengalahkannya akan dikawinkan dengan putrinya.
Di samping dipungut sebagai menantu, Dawud diangkat pula sebagai penasehat dan orang kepercayaan Raja Thalut. la disayang, disanjung, dihormati serta disegani oleh seluruh rakyat Bani Israil. Mereka melihatnya sebagai pahlawan bangsa yang telah berhasil mengangkat derajat Bani Israil di mata bangs a sekeliling.
Suasana keakraban, saling sayang dan saling dnta yang meliputi hubungan sang menantu (Dawud) dengan sang mertua (Thalut) tidak bertahan lama. Akhirnya Dawud merasa bahwa ada perubahan sikap mertuanya terhadap dirinya. Muka manis yang biasa ia dapat dari mertuanya berbalik menjadi muram dan kaku. Kata-kata yang biasa lemah lembut berubah menjadi kata-kata yang keras dan kasar.
Dawud bertanya kepada diri sendiri seraya mengadakan introspeksi. Apakah yang menyebabkan perubahan sikap yang mend adak dari mertuanya? Adakah hal-hal yang dianggap kurang layak, sehingga mertuanya menjadi marah dan bend kepadanya? Ataukah hati mertuanya termakan oleh hasutan dan fitnahan (orang yang sengaja ingin merusak suasana harmonis dan damai dalam rumah tangganya? Bukankah ia seorang menantu yang setia dan taat kepada mertuanya, yang telah me menu hi tugas dalam perang sebaik yang ia harapkan? Dan bukankah ia selalu tetap bersedia meengorbankan jiwa raganya untuk membela dan mempertaha,nkan kelestarian kerajaan mertuanya?
Dawud tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan-pertanyaan yang melintasi pikirannya. la kembali bertanya kepada dirinya sendiri. Barang kali apa yang dia Iihat sebagai perubahan sikap dan perlakuan dari mertuanya itu hanya suatu dugaan dan prasangka belaka. Kalau pun memang ada, mungkin disebabkan oleh urusan-urusan dan masalah pribadi dari sang mertua. Tidak ada sangkut paut dengan dirinya sebagai menantu.
Pada suatu malam yang sunyi senyap, ketika ia berada di tempat tidur bersama isteriya, Dawud iseng-iseng berkata kepada sang isteri:
"Wahai Mikyal, entah benar atau salah dalam tanggapanku, dan apakah khayal dan dugaan hatiku belaka, atau suatu kenyataan. Apa yang aku lihat sikap ayahmu kepada diriku? Aku melihat akhirakhir ini ada perubahan sikap dari ayahmu kepada diriku. la selalu menghadapi diriku dengan muka muram dan kaku. Kata-katanya kepadaku tidak selembut dahulu. Pancaran pandangannya aku lihat sebagai tanda bend kepadaku. la selalu mengelak untuk duduk bersamaku, bercakap-cakap dan berbincang-bincang sebagaimana dahulu. la selalu lakukan hal itu bila melihatku berada di sekitarnya."

Mikyal menjawab seraya menghela napas panjang dan mengusap air mata yang terjatuh dari pipinya, "Wahai Dawud, aku tidak menyembunyikan sesuatu darimu. Sekali-kali tidak akan merahasiakan hal-hal yang sepatutnya engkau ketahui. Sesungguhnya sejak ayah melihat bahwa derajatmu menaik di mata rakyat. Namamu menjadi buah tutur yang disanjung-sanjung sebagai pahlawan dan penyelamat bangsa. la merasa iri hati dan khawatir bila pengaruhmu di kalangan rakyat makin meluas, dan kecintaan mereka kepadamu makin bertambah. Hal itu akan dapat melemahkan kekuasaannya. Bahkan mungkin dapat mengganggu serta merongrong kewibawaan kerajaan."
Ayahku walau seorang mukmin, berilmu dan bukan dari keturunan raja, ia telah diangkat menjadi raja. Orang mengiakan kata-katanya, melaksanakan segala perintah dan membungkukkan diri jika menghadapinya. la khawatir akan kehilangan itu semua dan kembali ke tanah ladang dan usaha ternak di desa. Karenanya ia tidak menyukai orang yang menonjol, dihormati dan disegani rakyat. Apalagi dipuja-puja seperti pahlawan bangsa. la khawatir bahwa engkau sewaktuwaktu dapat merenggut kedudukan dan mahkotanya. la takut menjadi kembali seperti hidup yang lama."
"Wahai Dawud," Mikyal meneruskan ceritanya, "Aku tahu belakangan ini ayahku sedang memikirkan suatu rencana untuk menyingkirkan engkau. la ingin mengikis habis pengaruhmu di kalangan rakyat. Walaupun aku masih meragukan kebenaran berita itu, aku rasa tidak ada salahnya jika engkau dari sekarang berIaku waspada dan hati-hati terhadap kemungkinan terjadinya hal-hal yang fatal bagi dirimu."
Dawud merasa heran mendengar kata-kata isterinya itu. la bertanya kepada isterinya: "Mengapa sampai terjadi hal yang demikian itu? Dan mengapa kesetiaanku diragukan oleh ayahmu? Padahal aku dengan jujur dan ikhlas hati berjuang di bawah benderanya. Menegakkan kebenaran dan memerangi kebathilan serta mengusir musuh Bani Israil dari perkampungan kami? Mungkinkah ayahmu telah kemasukan iblis yang telah menghilangkan akal sehatnya serta menguburkan jalan pikirannya?" Kemudian tertidurlah Dawud seusai mengucapkan kata-katanya itu.
Keesokan harinya Dawud terbangun oleh suara seorang pesuruh raja yang menyampaikan panggilan dan perintah kepadanya untuk segera datang menghadap. Berkata sang raja kepada Dawud yang berdiri tegak di hadapannya: "Hai Dawud, pikiranku hari-hari belakangan ini sangat terganggu oleh sebuah berita yang memasyarakat. Aku mendengar bahwa bangsa Kan'aan seda!1g menyusun kekuatan untuk datang menyerang daerah kita. Engkaulah harapanku satu-satunya, yang akan dapat menangani urusan ini. Ambillah pedangmu dan siapkanlah peralatan perangmu. Pilihlah orang-orang yang engkau percayai di antara tentaramu. Pergilah, serbu rumahnya sebelum mereka datang kemari. Janganlah engkau kembali dari medan perang kecuali dengan membawa bendera kemenangan. Atau jenazahmu yang dipikul di atas pundak orang-orangmu."
Dengan siasatnya, Thalut hendak mencapai dua tujuan sekaligus. la hendak menghancurkan musuh yang selalu mengancam negerinya. Selain itu ia hendak mengenyahkan Dawud dari atas bumi. la hampir dapat memastikan bahwa Dawud tidak akan kembali selamat dari medan perang.
Siasat yang mengandung niat jahat dan tipu daya Thalut bukan tidak diketahui oleh Dawud. fa merasa bahwa ada sesuatu dalam perintah Thalut kepadanya. Sebagai rakyat yang setia dan tentara yang disiplin, ia menerima dan melaksanakan perintah itu. Tanpa mempedulikan atau memperhitungkan akibat yang menimpa dirinya.
Dengan bertawakkal kepada Allah, berpasrahlah ia kepada takdirNya. Dengan berbekal iman dan taqwa, berangkatlah Dawud beserta pasukannya menuju daerah bangsa Kan'aan. la tidak luput dari Iindungan Allah yang memang telah menyuratkan takdir-Nya mengutus Dawud sebagai nabi dan rasul. Kembalilah Dawud beserta pasukannya ke kampung halaman membawa kemenangan yang gilang-gemilang.

Kedatangan Dawud kembali dengan membawa kemenangan diterima oleh Thalut dengan senyum dan tanda gembira yang dipaksakan. fa berpura-pura menyambut Dawud dengan penghormatan yang besar dan puji-pujian yang berlebih-Iebihan. Namun di dalam dadanya menyala-nyala api dendam dan kebencian. Oisadari olehnya. bahwa dengan berhasilnya Dawud membawa kemenangan, di mata rakyat makin dicintai oleh Bani fsrail. Oi mana saja orang berkumpul tidak lain yang dipercakapkan hanya tentang diri Dawud, keberanian, kecakapan, kemahirannya menyusun strategi. fa dapat mengalahkan bangsa Kan'aan dan kembali ke rumah dengan membawa kemenangan yang m"enjadi kebanggaan seluruh bangsa.
Gagallah siasat Thalut untuk menyingkirkan Dawud dengan meminjam tangan orang-orang Kan'aan. Di dalam hati, ia kecewa tidak melihat jenazah Dawud diusung dari medan perang. Dawud dalam keadaan segar bugar gagah perkasa berada di depan pasukan, menerima sorak-sorai tanda cinta kasih mereka kepadanya, sebagai pahlawan bangsa yang tidak terkalahkan. Thalut yang dibayangi oleh rasa takut kehilangan kekuasaan melihat makin meluasnya pengaruh Dawud, berpikir bahwa jalan satu-satunya yang akan menyelamatkan dia dari ancaman Dawud ialah membunuhnya.
Mikyal, isteri Dawud mencium rencana jahat ayahnya. la segera memberitahukan kepada sang suami, agar bergegas-gegas menjauhkan diri dan meninggalkan kota secepat mungkin sebelum rencana jahat itu dilaksanakan. Dawud memenuhi anjuran isterinya yang setia itu. la meninggalkan kota di waktu malam gelap dengan tiada membawa bekal kecuali iman di dada dan kepercayaan yang teguh akan inayah Allah dan rahmat-Nya.
Berita menghilangnya Dawud dari istana raja diketahui rakyat umum. Para pengikutnya berbondong-bondong menyusul mencari jejaknya. Mereka mencari sebagai rasa kesetiakawanan mereka. Merek juga menawarkan pertolongan yang barangkali dibutuhkan.
B. Nabi Dawud Diangkat Menjadi Raja
Raja Thalut makin lama makin berkurang pengaruhnya. Merosot kewibawaannya sejak ditinggalkan oleh Dawud. Apalagi setelah rakyat mengetahui rencana jahatnya terhadap orang yang telah berjasa membawa kemenangan demi kemenangan bagi negara dan bangsanya. Penghargaan rakyat terhadap Raja Thalut merosot, cinta kasih mereka kepada Dawud makin meningkat. Banyak di antara mereka yang lari mengikuti Dawud dan menggabungkan diri ke dalam barisannya. Hal itu menjadikan Thalut kalap, kehilangan akal dan tidak dapat menguasai dirinya. la lalu menjalankan siasat tangan besi, menghunus pedang dan membunuh siapa saja yang ia ragukan kesetiaannya.
Thalut yang mengetahui bahwa Dawud merupakan satu~satunya saingan baginya, merasa tidak dapat tenteram di istananya, sebelum ia melihat Dawud mati. Oleh karena itu ia mengambil keputusan untuk mengejar Dawud di mana pun berada.
Dawud beserta para pengikutnya bersembunyi di sebuah tempat tatkala mendengar bahwa Thalut dengan laskarnya sedang mengejamya. la menyumh beberapa orang dari pengikutnya untuk melihat dan mengamati posisi laskar Thalut. Mereka kembali memberitahukan kepada Dawud bahwa Thalut dan laskamya sudah berada di sebuah lembah dekat mereka. Saat itu laskar Thalut sedang tertidur nyenyak. Mereka bersem kepada Dawud agar jangan menyia-nyiakan kesempatan yang baik ini. Anjuran mereka ditolak oleh Dawud. Dawud hanya ingin memberi peringatan pertama bagi Raja Thalut, yaitu dengan menggunting sudut bajunya saja, selagi Raja Thalut dan para laskarnya ternyenyak dalam tidur.
Setelah Raja Thalut terbangun, dihampiri oleh Dawud seraya menunjukkan potongan yang digunting dari sudut bajunya. Berkatalah Dawud kepadanya: "Lihatlah bagian bajumu yang telah kugunting sewaktu engkau tidur nyenyak. Sekiran~a aku mau, niscaya aku dengan mudah telah membunuhmu dan memisahkan kepalamu dari tubuhmu. Aku masih ingin memberi kesempatan kepadamu untuk bertaubat. Menjauhkan diri dari sifat-sifat dengki, hasut dan sangka-sangka buruk yang engkau jadikan dalih untuk membunuh orang sesuka hatimu."

Thalut tidak dapat menyembunyikan rasa terkejut bercampur malu yang nampak pada wajahnya. la berkata: "Sesungguhnya engkau adalah lebih adil dan lebih baik hati daripada aku. Engkau benar-benar telah menunjukkan jiwa yang besar dan perangai yang luhur. Aku hams mengakui hal itu."
Peringatan yang diberikan Dawud belum dapat menyadarkan Thalut. Hasratnya yang keras untuk mempertahankan kekuasaan yang sudah lapuk telah menjadikan ia lupa akan peringatan yang diterima dari Dawud tatkala digunting sudat bajunya. la tetap melihat Dawud sebagai orang yang akan menghancurkan kerajaan dan mengambil alih mahkotanya. la merasa belum aman selama Dawud masih hidup dikelilingi oleh para pengikutnya. fa enggan menarik pefajaran dari peristiwa mengejar dan mencari Dawud untuk menangkapnya hidup atau mati.
Raja Thalut bermaksud membunuh Dawud untuk kedua kalinya.
Berita ini sampai ke telinga Dawud. Dikirimkanlah sang pengintai oleh Dawud untuk mengetahui tempat laskar Thalut berkemah. Untuk kedua kalinya pula laskar Thalut diketemukan sedang berada di bawah sebuah bukit. Mereka tengah tertidur pulas karena kecapaian.
Dengan melangkahi beberapa anggota pasukan yang lagi tidur, sampailah Dawud ke tempat Thalut. Lalu diambillah anak panah yang tertancap di sebelah kanan kepala Thafut dan sebuah kendi air yang terletak di sebelah kirinya. Dari atas bukit berserulah Dawud sekeras-kerasnya kepada anggota pasukan Thalut. Berseru agar mereka bangun dari tidurnya dan menjaga baik-baik keselamatan rajanya yang nyaris terbunuh karena keteledoran mereka. la mengundang salah seorang anggota pasukan Thalut untuk datang mengambil anak panah dan kendi air kepunyaan raja yang telah dicuri dari sisinya, tanpa seorang pun yang mengetahui.
Tindakan Dawud itu dimaksudkan sebagai peringatan yang kedua kalinya kepada Thalut. Hal itu menegaskan bahwa pasukan pangawal yang besar yang mengelilinginya tidak akan dapat menyelamatkan nyawanya, bila Allah menghendaki untuk merenggutnya. Dawud memberi dua kali peringatan kepada mereka bukan dengan kata-kata, tetapi dengan perbuatan yang nyata, sehingga mereka merasa ngeri untuk membayangkan. Jiwa besar yang telah ditunjukkan oleh Dawud dalam kedua peristiwa itu sangat berkesan dalam lubuk hati Thalut.
Thalut tersadar. la merasa bahwa selama ini ia telah jauh tersesat terutama sikapnya terhadap Dawud. fa sadar bahwa nafsu angkara murka dan bisikan iblislah yang mendorong dia merencanakaan pembunuhan atas diri Dawud yang tidak berdosa yang setia kepadanya. Orang yang berkali-kali mempertaruhkan jiwa untuk kepentingan bangsa dan negerinya. Orang yang tidak pernah berbuat khianat atau melalaikan tugas dan kewajiban terhadap negara. la sadar telah berbuat dosa besar dengan pembunuhan yang dilakukan atas beberapa pemuka agama pengikut Dawud, hanya karena prasangka yang tidak berdasar.
Thalut duduk seorang diri termenung membalik-balik lembaran sejarah hidupnya. Teringat kala ia berada di desa itu bersama ayahnya. Tanpa diduga dan disangka, berkat rahmat Allah diangkatlah ia menjadi raja atas bangsa Bani Israil. la ingat bagaimana Tuhan telah mengutuskan Dawud untuk mendampinginya dan menjadi pembantunya yang setia. la ingat Dawud yang telah menjadi komandan pasukan yang gagah perkasa. Yang sepatutnya mendapat penghargaan yang setinggi-tingginya. Bukan sebagaimana yang telah ia lakukan. Namun dia justru merencanakan pembunuhan dan mengejarnya setelah Dawud melarikan diri dari istana. Walaupun ia telah mengkhianati Dawud dengan rencana jahatnya, Dawud masih berkenan memberi ampun kepadanya. Oalam dua kesempatan, di saat Dawud akan dengan mudah membunuhnya, hal itu tldak dilakukannya karena keimanannya.
Membayangkan semua peristiwa itu, menjadi sesaklah dada Thalut. la menyesalkan dirinya yang telah terjerumus oleh hawa nafsu dan godaan iblis. la menyia-nyiakan karunia dan rahmat Allah dengan tindakan-tindakan yang membawa dosa dan murka Allah. Untuk menebus dosa-dosanya dan bertaubat kepada Allah, Thalut mengambil keputusan keluar dari kota melepaskan mahkotanya dan meninggalkan istananya. la pergi berkelana dan mengembara di atas bumi Allah sampai tiba saatnya ia mendapat panggilan Allah dan meninggalkan dunia yang fan a ini menuju alam baqa. Kerajaan Bani Israil telah ditinggalkan oleh Thalut. Beramai-ramailah rakyat mengangkat dan menobatkan Dawud sebagC1i raja yang berkuasa.

C. Teguran Allah kepada Nabi Dawud
Dalam menangani urusan pemerintah dan kerajaan, Nabi Dawud mengadakan peraturan menentukan hari-hari khusus untuk melakukan ibadah dan bermunajad kepada Allah. Pada suatu hari di mana ia harus menutup diri untuk beribadah dan berkhalwat, datanglah dua orang pria minta izin dari para pengawal untuk masuk menemui raja. Izin tidak diberikan oleh para pengawal sesuai dengan tuntunan yang berlaku. Dua pria itu memaksakan kehendaknya. la memanjat pagar istana. Sampailah mereka masuk ke istana dan bertemu dengan Dawud.
Nabi Dawud tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima mereka, kendati tidak melalui cara dan jalan yang sepatutnya. Berkatalah ia kepada mereka berdua setelah kembali ketenangannya, "Cobalah bentangkan kepadaku persoalanmu dalam keadaan yang sebenarnya."
Berkata seorang dari kedua orang itu: "Saudaraku ini memiliki sembilan puluh sembi Ian ekor domba betina, dan aku memiliki seekor saja. la menuntut dan mendesakku agar aku serahkan kepadanya dombaku yang seekor itu guna melengkapi ternaknya menjadi genap seratus. la membawa bermacam-macam alasan dan berbagai dalil yang sangat sukar bagiku untuk menolaknya. la memang lebih cakap berdebat dan lebih pandai berputar lidah daripadaku."
Nabi Dawud berpaling muka kepada pria yang lain seraya bertanya:
"Benarkah apa yang telah diuraikan oleh saudaramu ini?" "Benar," jawab sang pria itu. "Jika memang demikian halnya," kata Dawud dengan marah, "Engkau telah berbuat zalim kepada saudaramu ini, memperkosa hak miliknya dengan tuntutanmu itu. Aku tidak akan membiarkan engkau melanjutkan tindakan yang zalim itu. Engkau akan menghadapi hukuman pada wajah dan hidungmu. Memang banyak orang-orang yang berserikat yang berbuat zalim terhadap yang lain, kecuali mereka benar-benar beriman dan beramal saleh."
"Wahai Dawud" berkata pria itu menjawab: "Sebenarnya engkaulah yang patut mendapat hukuman yang engkau ancamkan kepadaku. Bukankah engkau sudah mempunyai sembilan puluh sembilan perempuan mengapa engkau masih menyunting lagi seorang gadis yang sudah lama bertunangan dengan seorang pemuda anggota tentaramu sendiri yang setia dan berbakti cukup lama. Mereka berdua saling mencintai dan mengikat janji."
Nabi Dawud tercengang mendengar jawaban pria yang berani, tegas dan pedas itu. Selagi ia memikirkan ke mana sasaran dan tujuan kata-kata itu, sekonyong-konyong lenyaplah dari pandangannya sosok kedua pria itu. Nabi Dawud berdiam diri tidak mengubah sikap duduknya. Seraya termenung sadarlah ia bahwa kedua pria itu adalah malaikat yang diutus oleh Allah untuk memberi peringatan dan teguran kepadanya. la segera bersujud memohon ampun dan maghfirah dari Tuhan atas segala tindakan dan perbuatan yang tidak diridhoi oleh Allah. Allah menyatakan menerima tobat Dawud, mengampuni dosanya serta mengangkatnya ke tingkat para nabi dan rasul-Nya.
Adapun gadis yang dimaksud dalam percakapan Dawud dengan Malaikat yang menyaru sebagai manusia itu, ialah "Sabigh binti Syaigh." Dia adalah seorang gadis yang berparas elok dan cantik. Calon suaminya adalah "Uria bin Hannan," seorang jejaka yang sudah lama menaruh cinta dan mengikat janji dengan gadis tersebut. Mereka berdua berjanji, bahwa sekembalinya dari medan perang akan melangsungkan pernikahan dan hidup sebagai suami isteri yang bahagia.
Pemuda itu telah secara resmi meminang Sabigh dari kedua orang tuanya. Orang tuanya dengan senang hati telah menerima baik uluran tangan pemuda itu. Apa hendak dikata, sewaktu Uria bin Hannan berada di negeri orang untuk berjihad menegakkan kalimat Allah, terjadilah sesuatu yang menghancurkan rencana itu. Cita-cita untuk beristerikan Sabigh, gadis yang diidam-idamkan itu seakanakan impian atau fatamorgana belaka.
Pada suatu hari di mana Uria masih berjihad, tertangkaplah paras Sabigh yang cantik itu oleh kedua belah mata Dawud. Dari pandangan pertama itu timbullah rasa cinta di dalam hati Dawud kepada sang gadis. Dawud tidak berpikir lama untuk menyatakan rasa hatinya terhadap gadis yang cantik itu. Segeralah ia mendatangi kedua orang tuanya meminang.
Orang tua tentunya tidak akan berpikir untuk menolak uluran tangan Dawud untuk menjadikan anak gadisnya sebagai isteri. Bukankah merupakan suatu kemuliaan yang besar baginya untuk menjadi ayah mertua dari Dawud, seorang pesuruh Allah dan Raja Bani Israil itu? Walaupun Sabigh telah diminta oleh Uria, Uria sudah lama meninggalkannya dan tidak dapat dipastikan kapan ia akan kembali. Tidaklah bijaksana, pikir kedua orang tua itu, untuk menolak uluran tangan Dawud untuk menjadikan anak gadisnya menjadi isteri yang sah.

D. Hari Sabtu dan Sengketa
Di antara ajaran-ajaran Nabi Musa A.S. (sebelum Nabi Dawud A.S.) kepada Bani Israil ialah bahwa mereka diwajibkan untuk mengkhususkan satu hari pada tiap minggu guna melakukan ibadah kepada Allah. Menyesuaikan hati dan pikiran mereka dengan berzikir, bertahmid dan bersyukur atas segala karunia dan nikmat Tuhan. Bershalat dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik serta beramal saleh. Diharamkan bagi mereka pada hari yang ditentukan untuk berlenggang dan melaksanakan hal-hal yang bersifat duniawi.
Pada mulanya hari Jumatlah yang ditunjuk sebagai hari keramat dan hari ibadah. Mereka meminta dari Nabi Musa A.S. agar hari ibadah itu dijatuhkan pada hari Sabtu, mengingat bahwa pada hari itu Allah selesai menciptakan para makhluk-Nya. Usul perubahan yang mereka ajukan itu diterima oleh Nabi Musa. Sejak saat itu, hari Sabtu dijadikan hari suci. Mereka tidak melakukan perdagangan dan mengusahakan urusan-urusan duniawi. Mereka hanya tekun beribadah dan berbuat amal kebajikan yang diperintahkan oleh agama. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Adat kebiasaan mensucikan hari Sabtu tetap dipertahankan secara turun-temurun dan generasi demi generasi.
Pada masa Nabi Dawud berkuasa, di suatu desa bernama HAilat," satu di antara beberapa desa yang terletak di tepi Laut Merah, bermukim sekelompok kaum dari keturunan Bani Israil. Sumber pencaharian mereka adalah dari hasil menangkap ikan, perdagangan dan pertukangan yang dilakukan setiap hari kecuali hari Sabtu.
Sebagai akibat dari penetapan perintah mensucikan hari Sabtu.
Pada hari itu tiada seorang pun melakukan dagang atau penangkapan ikan. Pasar-pasar dan tempat dagang di desa itu menjadi sunyi senyap. Ikan-ikan terapung di atas permukaan laut begitu nampak, bebas berpesta ria mengelilingi dua buah batu besar berwarna putih yang terletak di tepi laut dekat desa Ailat. Ikan-ikan itu seakan-akan sudah terbiasa pada tiap malam dan hari Sabtu merasa aman, bermunculan di atas permukaan air tanpa mendapat gangguan dari para nelayan. Begitu matahari terbenam pada Sabtu senja, maka menghilanglah ikan-ikan itu kembali ke perut dan dasar laut sesuai dengan naluri yang dimiliki oleh tiap binatang makhluk Allah.
Para nelayan desa Ailat yang pad a hari-hari biasa tidak pernah melihat ikan begitu banyak terapung-apung di atas permukaan air: menganggap bahwa itu adalah kesempatan yang baik dan menguntungkan sekali bila mereka melakukan penangkapan ikan. Hal itu tidak disia-siakan. Tanpa menghiraukan perintah agama dan ad at kebiasaan yang sudah berlaku sejak Nabi Musa memerintahkannya, pergilah mereka beramai-ramai menangkap ikan. Para penganut agama yang setia dan para mukmin datang menegur pad a orang fasik yang telah berani melanggar kesucian hari Sabtu. Mereka diberi nasehat dan peringatan agar menghentikan perbuatan mungkar mereka. Mereka diajak kembali mentaati perintah agama serta menjauhkan diri dari semua larangannya, menghindari murka.
Nasehat dan peringatan para mukmin tidak dihiraukan oleh para nelayan yang membangkang itu. Mereka makin giat melakukan pelanggaran secara terang-terangan. Mereka terlalu sayang akan kehilangan keuntungan yang diperoleh dari penangkapan ikan di hari-hari yang suci itu. Pemuka-pemuka agama terpaksa mengucilkan mereka dari pergaulan. Mereka melarang masuk ke dalam kota. Berkata para nelayan pembangkang itu memprotes: "Sesungguhnya kota Ailat adalah kota dan tempat tinggal kami bersama. Kami mempunyai hak yang sarna untuk tinggal menetap di sini. Kamu tidak berhak melarang kami memasuki kota serta melarang kami menggali kekayaan yang ada."
Mereka tidak meninggalkan kota ini dan pergi ke tempat lain. Mereka berkata bahwa siapa yang enggan bergaul dengan mereka, mereka anggap musuhnya. Mereka menginginkan agar kota Ailat ini dibagi menjadi dua bagian dan dipisah oleh tembok pemisah. Masing-masing pihak bebas berbuat dan melaksanakan usahanya tanpa gangguan dari pihak lain.
Dengan adanya garis pemisah antara nelayan pembangkang yang fasik dan pemeluk-pemeluk agama yang taat, bebaslah mereka melaksanakan kehendak seenak hati. Mereka membikin saluran air guna mengalirkan air laut ke dekat rumah-rumah mereka. Mereka mengadakan bendungan yang mencegah kembalinya ikan-ikan ke Iaut bila matahari terbenam pada tiap hari Sabtu sore.
Para nelayan yang makin kaya karena keuntungan besar yang mereka peroleh dari hasil penangkapan ikan menjadi makin berani melakukan maksiat Mereka melakukan pelanggaran-pelanggaran agama yang menjurus kepada kerusakan akhlak dan moral. Para pemuka agama yang melihat para nelayan itu makin berani melanggar perintah Allah, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan, masih selalu berusaha mendatangi mereka. Pemuka agama itu selalu memperingatkan dan memberi nasehat. Tetapi kekayaan yang mereka peroleh dari hasil penangkapan ikan yang berlipat ganda telah menjadikan mata mereka buta untuk melihat cahaya kebenaran. Lubuk hati mereka tersumbat oleh nafsu maksiat dan kefasikan, sehingga menjadikan sebagian dari para pemuka dan penganjur agama itu berputus asa. Hingga ada yang berkata:
"Mengapa kamu masih terus menasehatiorang-orang yang akan dibinasakan oleh Allah dan akan ditimpa azab yang sangat keras."
Nabi Dawud melihat bahwa segala nasehat dan peringatan kepada kaum pembangkang hanya dianggap sebagai angin. Dia melihat tiada harapan lagi bahwa mereka akan sadar dan insaf. Berdoalah beliau memohon kepada Allah agar mengajar mereka dengan siksaan dan azab yang setimpal. Ooa Nabi Dawud dikabulkan oleh Allah.
Suatu hari terjadilah suatu gempa bumi yang dahsyat. Gempa bumi yang membinasakan orang-orang yang telah membangkang, berlaku zalim dan mengabaikan perintah Allah. Tiada satu pun kaum pembangkang itu yang tersisa. Umat yang mukmin dan saleh mendapat perlindungan Allah dan terhindar dari malapetaka.

E. Keistimewaan/Karunia Allah kepada Nabi Dawud
1. Allah mengutus Dawud sebagai nabi dan rasul. Mengaruniainya hikmah, kesempurnaan ilmu, ketelitian amal perbuatan serta kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.
2. Kepadanya diturunkan kitab "Zabur," kitab sud yang menghim pun qasidah-qasidah dan sajak-sajak serta lagu-Iagu yang mengandung tasbih dan pujian-pujian kepada Allah. Termuat juga dalam kitab itu kisah umat-umat yang dahulu dan berita nabi-nabi yang akan datang. Oi dalam kitab itu juga termuat berita tentang akan datangnya Nabi Muhammad SAW.
3. Allah menundukkan gunung-gunung dan memerintahkan ber. tasbih mengikuti tasbih Nabi Dawud tiap pagi dan senja.
4. Burung-burung pun turut bertasbih mengikuti tasbih Nabi Dawud berulang-ulang.
5. Nabi Dawud diberi peringatan tentang maksud suara/bahasa burung-burung.
6. Allah telah memberinya kekuatan untuk melunakkan besi, sehingga dapat membuat baju-baju dan Iingkaran-Iingkaran besi dengan tangannya tanpa pertolongan api.
7. Nabi Dawud telah diberinya kesempatan menjadi raja untuk memimpin kerajaan yang kuat dan tidak dapat dikalahkan oleh musuh. fa selalu memperoleh kemenangan atas semua musuhnya.
8. Nabi Dawud dikaruniai suara yang merdu oleh Allah yang enak didengar. Kini menjadi kiasan, bila seseorang bersuara merdu, dikatakan bahwa ia memperoleh suara Nabi Dawud.
Kisah Nabi Dawud dan kisah hari Sabtunya Bani Israil telah diterangkan di dalam AI Qur'an surat Saba' ayat 11, surat An Nisaa' ayat 163, surat AI Israa' ayat 55, surat Shaad ayat 17 s.d 26 dan sur~t AI A'raaf ayat 163 s.d 165.
 
F. Hikmah yang Terkandung dari Kis~h Nabi Dawud
1. Allah telah memberi contoh bahwa seseorang, bagaimana pun besar dan perkasanya, dapat dikalahkan oleh orang yang lebih lemah dengan hanya sesuatu benda yang tidak berarti. Dawud yang muda baik usia maupun fisik telah dapat mengalahkan Jalut yang perkasa itu dengan senjata batu belaka.
2. Seorang yang lemah dan miskin tidak patut berputus asa. Oia harus mencari hasil °dan memperoleh sukses dalam usaha dan perjuangan. fa harus selalu bersandar kepada taqwa dan iman kepada Allah yang akan melindunginya.
3. Kemenangan Dawud atas Jalut tidak menjadikan dia berlaku sombong dan takabbur. Sebaliknya ia bersikap rendah hati dan lemah lembut terhadap kawan atau pun lawan.
0 komentar:

Posting Komentar

ALEXA

Mengenai Saya

Foto saya
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (Qs. Al-Anbiyaa:35) Semoga menjadi kenangan Disaat saya Tidak Lagi Di Dunia Ini

Followers