Sekolah Nabi Adam A.S

Membuka Kesadaran Taubat 

A. Kisah Nabi Adam a.s
Nama Adam a.s Disebutkan Didalam Al-Qur'an Sebanya 25 Kali, Dan kisahnya diceritakan Di dalam Surat   Seperti Dalam Qs Al-Baqarah:30-39, Qs. Al-A'raf:11-25, Qs Al-Hijr:26-44, Qs Al-Isra:61-65, Qs Al-Kahfi:55, Qs Thaha:115-125, Dan Qs Shad:71-75.

Adam a.s Diciptakan Allah Swt Dari Tanah 
 Allah Swt. Menciptakan Adam a.s Dari At-thin (Tanah0 Seperti dalam Firmannya:
"(Ingatlah) Ketika tuhanmu Berfirman Kepada malaikat:
"Sesungguhnya Aku Akan Menciptakan Manusia Dari Tanah." (Qs Shad:71)

At-thin (Tanah) telah menjadi salah satu priode dari hamaim masnuun (Lupur hitam yang diberi bentuk).
Seperti yang dijelaskan Dalam Ayat, (Ingatlah), Ketika Tuhanmu Berfirman Kepada  para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat Kering (yang berasal) dari Lumpur hitam yang diberi bentuk." (Qs Al-Hijr:28)
Tanah liat yang dimaksud ini Serupa dengan Tembikar.
"Dia Menciptakan Manusia Dari tanah Kering Seperti Tembikar," (Qs Al-Rahmaan:14). Kemudian Pada Tanah Ini Allah Swt. Tiupkan Ruh (Ciptaan)nya. "Maka apabilatelah telah kusempurnaan kejadiannya ruh (Ciptaan)Ku; Maka Hendakalah kamu tersungkur dengan bersujud Kepadanya." (Qs Shaad:72).


A. Proses Diciptakannya Nabi Adam A.S., Sikap Malaikat dan Iblis
Setelah menciptakan bumi, gunung, laut, tumbuh-tumbuhan, langit dan matahari, bulan dan bintang, dan malaikat-malaikat­Nya (yaitu sejenis makhluk halus yang diciptakan untuk beribadah, menjadi perantara antara Dzat yang Maha Kuasa dengan hamba­hamba terutama para rasul dan para nabi-Nya), maka Allah S.W.T. hendak menciptakan makhluk lain. Makhluk tersebut diciptakan agar menjadi khalifah di bumi, yang akan menghuni dan mengisi bumi, memeliharanya, menikmati tumbuh-tumbuhannya, menge­lola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun, waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditak­dirkan.
Malaikat-malaikat Allah yang lebih awal diciptakan, diberitahu oleh Allah S.W.T. akan kehendak-Nya untuk menciptakan makhluk lain. Mereka khawatir, kalau makhluk yang akan diciptakan itu nantinya akan lalai dalam beribadah dan menjalankan tugas, bahkan melakukan pelanggaran tanpa mereka sadari. Akhirnya para malaikat menghadap Allah: "Wahai Tuhan kami, mengapa Engkau menciptakan khalifah di bumi, padahal kami selalu bertasbih, bertahmid, melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tiada henti, sedangkan mahkluk yang akan Engkau ciptakan dan turun ke bumi itu akan bertengkar satu sarna lain, akan saling mem­bunuh, berebut menguasai kekayaan alam, sehingga menyebabkan kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang telilh Engkau ciptakan itu."
Hal ini diterangkan oleh Allah di dalam AI Qur'an:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Se­sungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. " Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan me­numpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidnk kamu ketahui." (QS. Al Baqarah: 30)
Allah Maha Mengetahui apa yang para malaikat tidak ketahui. Dan Allah sendirilah yang mengetahui hikmah terhadap penguasaan Bani (keturunan) Adam atas bumi yang diciptakan-Nya. Bila Allah telah menciptakan dan meniupkan roh kepadanya, maka bersujudlah para malaikat atas perintah Allah kepada makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah, karena Allah SWT melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya."
Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah SWT dari segumpal tanah liat kering dan lumpur hitam yang berbentuk. Setelah disempurnakan bentuknya, maka ditiuplah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna.
Para malaikat segera bersujud di hadapan Adam sebagai peng­hormatan bagi makluk Allah yang akan diberi amanat untuk me­nguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan tumbuh, serta yang terpendam di dalamnya. Lain dengan iblis, iblis telah mem­bangkang dan enggan mematuhi perintah Allah, seperti yang telah dilakukan oleh para malaikat. Iblis merasa dirinya lebih mulia, lebih utama dan lebih agung dari Adam, karena ia diciptakan dari unsur api; sedang Adam tercipta dari tanah dan lumpur. Kebanggaan atas asal usulnya itulah menjadikan dirinya sombong, dan merasa rendah apabila bersujud menghormati Adam, walaupun hal itu diperintahkan oleh Allah.
Allah bertanya kepada Iblis: "Apakah yang mencegahmu bersujud menghormati sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku? Adakah engkau menganggap dirimu besar dan agung?" Iblis men­jawab: "Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia."
Karena kesombongan, kecongkakan dan pembangkangannya itu, maka Allah mengusir Iblis dari surga, mengeluarkan dari barisan malaikat, disertai kutukan dan laknat, yang akan melekat pada dirinya hingga datangnya hari kiamat. Di samping itu ia dinyatakan sebagai penghuni neraka Jahannam.
Iblis menerima balasan itu. Namun, ia memohon kepeda Allah agar diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari kiamat. Allah meluluskan permintaan itu, dan ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan.
Setelah menerima jaminan, bahwa ia akan diberi tangguh hidup sampai hari kebangkitan, iblis bukannya berterima kasih maupun bersyukur, sebaliknya ia mengancam akan menyesatkan Adam, sebagai penyebab terusirnya ia dari surga dan dikeluarkannya dari barisan malaikat. la juga akan mendatangi anak-anak keturunan Adam. Membujuk mereka agar meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang sesat. Mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang. Menggoda mereka supaya melalaikan perintah-perintah agama. Mempengaruhi mereka agar tidak bersyukur dan beramal saleh.
Selanjutnya Allah berfirman kepada Iblis terkutuk itu: "Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu, yang semuanya akan menjadi isi dan bahan bakar neraka Jahannam. Kamu tidak akan bisa menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada-Ku dengan sepenuh hati, dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan goyah oleh bujuk rayumu, walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu untuk menghasut dan memfitnah mereka."

B. Adam Mempelajari Nama-nama Benda
Allah meyakinkan para malaikat akan kebenaran hikmah-Nya, yang telah menunjuk Adam sebagai penguasa bumi. Maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang berada di ~am semesta sebagaimana firman-Nya:
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar." (QS. Al Baqarah: 31)
Para malaikat tidak berdaya memenuhi tantangan Allah untuk menyebut nama benda-bend a yang berada di hadapan mereka dan mereka mengakui akan ketidakmampuan mereka dengan berkata:
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bi­jaksana." (QS. Al Baqarah: 32)
Selanjutnya Adam diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama benda-bend a itu kepada para malaikat. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah:
Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama­nama benda ini." Maka setelah diberitahukan kepada mereka nama­nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan." (QS. Al Baqarah: 33)

C. Allah Menempatkan Nabi Adam di Surga
Adam diberi tempat oleh Allah di surga dan diciptakanlah Hawa untuk mendampingi dan menjadi teman hidupnya, menghilangkan rasa kesepian, dan melengkapi kebutuhan fitrahnya untuk menurunkan keturunan.
Menurut para ulama, Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam yang sebelah kiri, ketika ia sedang tidur, sehingga ketika ia terjaga, ia melihat Hawa sudah perada di sampingnya. la ditanya oleh malaikat: "Wahai Adam! Apa dan siapakah makhluk yang ada di sampingmu itu?" "Ia adalah seorang perempuan," jawab Adam sesuai dengan fitrah yang telah diilhamkan Allah kepadanya. Kemudian malaikat bertanya lagi: "Siapa namanya?" "Ia bernama Hawa," jawab Adam. Malaikat bertanya lagi: "Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk ini?" Maka Adam menjawab:
"Untuk mendampingiku, memberi kebahagiaan bagiku dan mengisi kebutuhan hidupku sesuai dengan kehendak Allah."
Allah berfirman kepada Adam: "Tinggallah engkau bersama isterimu di surga, rasakanlah buah-buahan yang lezat yang terdapat di dalamnya, cicipilah dan makanlah buah-buahan yang lezat sepuas hatimu dan sekehendak hatimu. Kamu tidak akan mengalami dan merasakan lapar, dahaga atau pun lelah selama di dalamnya. Namun Aku peringatkan, janganlah kamu mendekati pohon ini yang akan menyebabkan kamu celaka dan termasuk orang-orang yang zalim. Ketahuilah bahwa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh istrimu, ia akan berusaha untuk membujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari surga, sehingga tercabutlah kebahagiaan yang sedang kamu nikmati ini. "
Selengkapnya Allah telah menerangkan hal tersebut, sesuai dengan firman-Nya:
Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanan yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menye~abkan kamu termasuk orang-orang yang zalim." (QS. Al Baqarah: 35)

D. Nabi Adam Tergoda oleh Iblis
Iblis membuktikan ancaman yang pernah diucapkan ketika diusir oleh Allah dari surga. Iblis mulai menampakkan rencana penye­satannya terhadap Adam dan Hawa yang sedang hidup berdua di surga dalam keadaan tenteram, damai dan bahagia. Iblis menyatakan kepada mereka berdua bahwa ia adalah kawan mereka dan ingin memberi nasehat clan petunjuk untuk kebaikan dan kelestarian kebahagiaan mereka.

Segala cara dan kata-kata halus digunakan Iblis untuk mendapat kepercayaan dari Adam dan Hawa. la memberitahu, bahwa larangan Tuhan untuk tidak memakan buah-buahan yang ditunjuk itu, adalah bahwa dengan memakan buah tersebut, mereka akan menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal. Iblis mengulang terus bujuk­annya, dengan sekali-kali menunjuk akan keharuman baunya, ke­indahan bentuk buahnya dan kelezatan rasanya. Akhirnya ter­makanlah bujukan yang halus itu oleh Adam dan Hawa. Mereka pun melanggar larangan Tuhan.
Allah telah menerangkan bahwa setan berhasil menggelincirkan
Adam dan Hawa dari surga:
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." (QS. Al Baqarah: 36)
Adam dan Hawa menyesal terhadap apa yang telah diperbuatnya. Maka keduanya pun berkata:
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastUah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Al A'raaf: 23)

E. Allah Mengampuni Adam dan Hawa
Allah telah menerima tobat Adam dan Hawa serta mengampuni perbuatan yang telah mereka lakukan. Hal itu telah melegakan dada mereka dan menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian mereka terhadap peringatan Allah.
Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah. Mereka berjanji akan senantiasa menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis. Dan berusaha agar pelanggaran yang telah dilakukan dan menimbulkan murka dan teguran Allah itu, menjadi pelajaran bagi mereka untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu daya dan bujukan Iblis.
Harapan.untuk tetap tinggal di surga yang telah pudar karena pelanggaran yang telah dilakukan, hidup kembali di dalam hati dan pikiran mereka. Mereka merasa bahwa kenikmatan dan kebahagiaan hidup di surga tidak terganggu oleh sesuatu pun. Ridha serta rahmat-Nya akan tetap melimpah kepada mereka untuk selama-Iamanya.
Namun Allah telah menentukan takdir, tentang apa yang tidak terlintas di dalam hati dan pikiran mereka. Allah telah memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai bibit pertama dari hamba-hamba-Nya yang bernama manusia. Bahwa planet bumi dengan tanda kebesaran dan keagungan Allah, penuh dengan kekayaan untuk dikelola, akan dikuasakan kepada manusia, yaitu Adam dan keturunannya.
Allah berfirman:
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al Baqarah: 37)
Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru, yang jauh berlainan dengan hidup di surga. Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka dan dukanya. Merekalah yang akan menurunkan umat manusia yang beraneka ragam sifat dan tabiat, berbeda warna kulit dan kecerdasan otak; umat manusia yang akan berkelompok-kelompok menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa, yang sebagian dari mereka menjadi musuh bagi yang lain, saling membunuh, saling menganiaya dan saling menindas. 
Dari waktu ke waktu Allah mengutus para rasul-Nya untuk menuntun hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus penuh damai. Jalan menuju kepada ridho-Nya, untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Selanjutnya Allah berfirman:
Kami beifinnan: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hatL" (QS. Al Baqarah: 38)
Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al Baqarah: 39)
Didalam surat Al A’raaf ayat 11 sampai 25 Allah berfirman:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), Ialu Kami bentuk tubuhmu kemudian Kami katakan kepada para malaikat:
"Bersujudiah kamu kepada Adam," maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. (QS. AI A'raaf: 11)
Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Jawab iblis: "Saya lebih baik dari padanya; Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah." (QS. AI A'raaf: 12)
Allah berfirman: "Turunlah kalllu dari surga itu, karena kalllu tidak sepatutnya lllenyolllbongkan diri di dalalllnya, lllaka keluarlah, sesungguhnya kamu terlllasuk orang-orang yang hina." (QS. AI A'raaf: 13)
Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya (jangan dimatikan) sampai mereka dibangkitkan. " (QS. Al A'raaf: 14)
Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh." (QS. Al A'raaf: 15)
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. " (QS. Al A'raaf : 16)
Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari bela­kang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. (QS. AI A'raaf: 17)
"Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir, sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya." (QS. AI A'raaf: 18)
Dan Allah berfirman: "Hai Adam, bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai dan janganlah kamu berdua men-dekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim. " (QS. Al A'raaf: 19)
Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apayang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)." (QS. Al A'raaf: 20)
Dan dia (setan) bersumpahiah kepada keduanya: "Sesungguhnya 'saya adaiah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua. " (QS. AI A'raaf: 21)
Maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkaia keduanya teiah merasai buah kayu itu, nampakiah bagi keduanya aurat-auratnya, dan muiailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru kepada mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesung­guhnya setan itu adaiah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" (QS. AI A'raaf: 22)
Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Al A'raaf: 23)
Allah berfirman: "Turulllah kamu sekalian, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan. " (QS. Al A'raaf: 24)
Allah berfinnan: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu pula kamu akan dibangkitkan." (QS. Al A'raaf: 25)

F. Hikmah yang Terkandung dari Kisah Nabi Adam
  1. Sifat sombong dan congkak selalu berakibat pad a kerugian dan kebinasaan. Lihatlah iblis yang turun dari singgasananya, dicabut kedudukannya sebagai seorang malaikat dan diusir oleh Allah dari surga, disertai kutukan dan laknat yang akan melekat kepada dirinya hingga hari kiamat. Iblis menganggap dan memandang rendah Nabi Adam, dan menolak untuk bersujud menghormat, walaupun hal itu diperintahkan oleh Allah S.W.T.
  2. Seseorang yang terlanjur melakukan maksiat dan berbuat dosa, tidaklah sepatutnya berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah. Rahmat dan magfirah-Nya dapat mencakupi segala dosa yang diperbuat oleh hamba-Nya, kecuali syirik. Betapapun besarnya dosa itu, asalkan diikuti dengan kesadaran bertaubat dan pe­ngakuan bersalah, maka Allah akan mengampuninya.
  3. Bahwa manusia itu, walaupun ia telah dikaruniai kecerdasan berpikir, ia tetap mempunyai beberapa kelemahan, seperti sifat lalai, lupa dan khilaf. Hal itulah yang terjadi pada Nabi Adam. Walaupun ia telah menjadi manusia yang sempurna dan dika­runiai kedudukan yang istimewa di surga, ia tetap tidak terhindar dari sifat-sifat manusiawi yang lemah. la melupakan dan mela­laikan peringatan Allah. Terjadilah pelanggaran pertama yang dilakukan oleh manusia terhadap larangan Allah.
  4. Hikmah yang terkandung dalam perintah dan larangan Allah dan dalam apa yang diciptakannya, kadangkala tidak atau belum dapat dicapai oleh otak manusia, bahkan makhluk-Nya yang ter­de kat. Sebagaimana yang telah dialami oleh para malaikat tatkala diberi tahu bahwa Allah akan menciptakan manusia, keturunan Adam untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Mereka seakan keberatan dan bertanya-tanya, mengapa dan untuk apa Allah menciptakan jenis makhluk lain, selain mereka, yang sudah beribadah, bertasbih dan mengagungkan nama-Nya.



0 komentar:

Posting Komentar

ALEXA

Mengenai Saya

Foto saya
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (Qs. Al-Anbiyaa:35) Semoga menjadi kenangan Disaat saya Tidak Lagi Di Dunia Ini

Followers