Sekolah NABI MUSA A.S. & NABI HARUN A.S

A. Nabi Musa Dilarung oleh Ibunya ke Sungai Nil
Nabi Musa A.S. dilahirkan di zaman yang sangat tidak menguntungkan bagi dirinya. Pada waktu itu, ada undang-undang raja Fir'aun yang melarang hidupnya bayi laki-Iaki dari Bani Israil. Jika ada bayi dari Bani Israil yang lahir pada waktu itu harus dibunuh.
Raja Fir'aun sangat zalim dan sudah terkenal dalam sejarah akan kezalimannya. Dia mengaku dirinya tuhan. Barang siapa yang tak mau bertuhan kepadanya, orang itu akan dibunuh. Fir'aun merupakan orang yang sombong dan angkuh, tidak mengenal sedikit pun perikemanusiaan.
Pada suatu hari ia bermimpi bahwa negeri Mesir terbakar habis, rakyatnya banyak yang mati dan orang-orang yang tinggal adalah orang-orang Bani Israil saja. Setelah ia sadar dari mimpinya, dikabarkannyalah mimpi tersebut kepada orang-orang yang ahli sihir, apakah gerangan takwil mimpi itu? Ahli sihir pun sibuk melihat dalam tenung. la berkata kepada raja Fir'aun, bahwa di tahun itu akan lahir seorang bayi laki-Iaki dari Bani Israil yang nantinya akan meruntuhkan kekuasaannya.
Mendengar keterangan itu, Fir'aun merasa gentar dan takut kalaukalau kerajaannya itu benar-benar akan menjadi hancur. Oleh sebab itu dia memerintahkan kepada petugas-petugasnya, agar membunuh setiap bayi laki-Iaki Bani Israil yang lahir di tahun itu.
Allah berfirman di dalam Al Qur'an surat AI Baqarah ayat 49 yang artinya: "Ingatlah ketika Kami melepaskan kamu dari keluarga Fir'aun, mereka menyiksa kamu sebesar-besarnya siksaan, disembelihnya anak-anak kamu yang laki-Iaki dan dipeliharanya anak-anak kamu yang, perempuan, demikian itu adalah cobaan yang besar dari Tuhammu yang Maha Agung."
Allah adalah Tuhan yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, sekali pun rencana Fir'aun itu dilakukannya dengan seksama, rencana Allah lebih baik daripada itu.
Nabi Musa A.S. dilahirkan dari golongan Bani Israil, yang menurut ad at keganasan, tentulah Nabi Musa A.S. telah mati disembelih. Tetapi Allah tetap memelihara dengan pemeliharaan yang baik. Allah mengilhamkan kepada ibu Nabi Musa A.S. agar anaknya (Musa A.S.) dihanyutkan ke dalam sungai Nil. Ibu Nabi Musa A.S. pun membuat peti, kemudian Nabi Musa A.S. dimasukkan ke dalam peti tersebut. Pada malam hari dihanyutkannyalah peti itu.
Pada suatu hari, isteri Fir'aun sedang berjalan-jalan di tepi sungai Nil. Melihat peti itu terapung-apung di atas sungai Nil, ia menyuruh kepada petugas kerajaan supaya mengambilkan peti itu. Setelah dibuka, dilihatnya ada seorang bayi laki-laki di dalamnya. Hal ini pun dikabarkan kepada Fir'aun. Fir'aun lalu berkata: "Barangkali anak inilah yang akan merobohkan kerajaanku kelak. Berikanlah dia kepadaku, akan aku bunuh dia."
Jawab isterinya: Anak ini janganlah dibunuh, aku sayang kepadanya. Biarkanlah ia kita jadikan anak sendiri, karena kita tidak mempunyai anak." Mendengar itu Fir'aun tidak dapat berbuat apaapa, dia terpaksa menuruti kehendak isterinya.
Demikianlah kurnia Allah yang diberikan kepada kaum hawa. Walaupun ia mahkluk Tuhan yang lemah dibanding kaum pria, kadangkadang di balik kelemahannya itu terselip kekuatan batin yang tak dapat dikalahkan oleh siapa pun. Kadang-kadang wanita memegang peranan sangat penting dalam menentukan sesuatu. Demikian halnya dengan isteri Fir'aun (Siti Asiyah). la melarang membunuh bayi (Musa A.S.). Nabi Musa tidak jadi dibunuh. Nabi Musa kedl segera dicarikan inang pengasuh. Banyak wanita-wan ita yang ingin memelihara dan menyusukannya, tetapi setiap ada wanita yang akan menyusukannya Musa kecil tetap tidak mau menyusu kepadanya.
Ibu Nabi Musa setelah membuang anaknya ke sungai Nil, ia berkata kepada anak perempuannya supaya mencari dengar siapakah gerangan yang mendapat anak yang telah dihanyutkan. Pergilah saudara Musa yang perempuan (Maryam) keluar rumah, untuk mencari berita tentang adiknya itu. Rupanya ia mendengar kabar bahwa saudaranya itu dipungut oleh isteri raja Fir'aun. la juga' mendengar bahwa isteri raja Fir'aun sedang mencari pengasuh untuk anak pungutnya itu. Setiap wanita yang melamar untuk menyusui bayi tersebut, Musa tak mau menyusu kepadanya. Oiberitakanlah oleh Maryam mengenai hal itu. Oatanglah ibunya Musa untuk melamar menyusuinya. Setelah itu barulah bayi tersebut mau menyusu. Oemikian Nabi Musa A.S. dipertemukan oleh Allah untuk dikembalikan kepada ibunya. Tak ada orang lain yang mengetahui hal itu.

Allah berfirman di dalam AI Qur'an surat AI Baqarah ayat 14-22 yang artinya sebagai berikut.
14. Tatkala Musa telah dewasa, dan telah matang pikirannya, Kami anugerahkan kepadanya hikmah (pang kat kenabian) dan ilmu pengetahuan. Begitulah Kami membalas orangorang yang berbuat kebaikan.
15. Pada suatu hari masuklah Musa ke dalam kota, sedang penduduknya tidak kenai akan dia, lalu berjumpa dengan dua orang laki-Iaki yang berkelahi, salah seorang dari padanya, sebangsa dengan dia (bangsa Israil) dan yang lain selainnya (bangsa Mesir). Kemudian minta tolong orang yang sebangsa dia untuk melawan seterunya, lalu Musa memukul seterunya itu (meninjunya), sehingga mati. Berkatalah Musa: "Gh, ini pekerjaan setan, sungguh setan itu musuh yang menyesatkan secara terang-terangan."
16. Berkata Musa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya telah aniaya aku kepada diriku, sebab itu ampunilah dosaku." Kemudian Allah mengampuni dosanya. Sungguh Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
17. Berkata Musa: "Ya Tuhanku, oleh karena Engkau telah memberi nikmat kepadaku, maka janganlah aku hendak menolong orang yang berdosa lagi (di masa yang akan datang)."
18. Kemudian adalah Musa hatinya menjadi takut tinggal di kota itu sambil mengintip-ngintip (keadaan yang akan terjadi di tempat pembunuhan itu), tiba-tiba orang yang kemarin minta tolong kepadanya datang lagi minta tolong kepadanya sekali lagi. Kemudian berkatalah Musa kepadanya: "Sungguh engkau orang sesat yang terang."
19. Tatkala Musa hendak menarik (memegang) orang itu, lalu orang itu berkata kepada Musa: "Hai Musa, adakah engkau hendak membunuh saya sebagaimana engkau hendak menjadi orang ganas di muka bumi ini dan bukan engkau hendak berbuat kebaikan."
20. Kemudian datang seorang laki-Iaki dari ujung kota dengan bersegera, lalu katanya: "Hai Musa, sesungguhnya orangorang mulia (bangsawan) telah bermufakat hendak membunuh engkau, sebab itu hendaklah engkau lari dari sini, sungguh saya semata-mata memberi nasehat kepada engkau."
21. Maka keluarlah Musa dari sana dengan ketakutan, serta memperhatikan orang yang akan menangkapnya, lalu ia berkata: "Ya Tuhanku! Lepaskanlah aku dari siksaan kaum yang aniaya."
22. Tatkala ia sampai ke negeri Madyan, lalu ia berkata: "Mudahmudahan Tuhanku menunjuki aku kepada jalan yang benar."
Demikianlah caranya Nabi Musa A.S. meninggalkan negeri Mesir karena takut akan dibunuh oleh Fir'aun. Waktu itu ia belum tahu ke mana ia akan pergi untuk melindungi dirinya. la berjalan memperturutkan kakinya tanpa tujuan. Tujuannya hanyalah meninggalkan negeri Mesir. Pada waktu beliau berlari meninggalkan negeri Mesir, seringkali ia menoleh ke belakang. Beliau merasa ada orang yang mengejamya karena ketakutan. Sore harinya beliau berhenti di bawah sebatang pohon kayu di daerah Madyan seraya berdoa kepada Allah: "Mudah-mudahan Tuhanku menunjukkan aku kepada jalan yang benar."

B. Pertemuan Nabi Musa dengan Nabi Syuaib A.S.
Pada suatu hari, ketika Musa berteduh di bawah pohon untuk melepaskan lelah, tiba-tiba Nabi Musa A.S. melihat serombongan orang yang akan meminumkan binatang ternaknya. Karena mata air itu hanya sebuah saja, berebutanlah mereka untuk meminumkan ternaknya. Lalu Nabi Musa A.S. menolong dua orang wanita bersaudara itu untuk meminumkan kambingnya. Setelah selesai, beliau pun duduk ke tempatnya semula.
Allah berfirman di dalam AI Qur'an surat Al Qashash ayat 23-26 yang artinya sebagai berikut.
23. Tatkala Musa A.S. sampai di sebuah mata air di negeri Madyan, di sana ia berjumpa dengan beberapa orang yang meminumkan binatang ternaknya pada mata air itu; di belakang itu kelihatan dua orang wanita yang bersaudara yang akan meminumkan ternaknya juga, lalu berkata Nabi Musa A.S.: "Mengapa engkau berdua di sini?" Sahut keduanya: "Kami tidak sanggup meminumkan kambing kami, melainkan bilamana telah selesai orang-orang gembala itu meminumkan binatang ternaknya, sedang bapa kami orang yang sangat tua."
24. Lalu Musa meminumkan kambing keduanya, kemudian ia kembali duduk berlindung di bawah pohon itu, lalu berkata: "Ya Tuhanku, sungguh aku amat berkehendak kepada kebaikan yang Engkau turunkan (/impahkan) kepadaku."
25. Kemudian salah seorang dari kedua perempuan itu datang kepada Musa, berjalan perlahan-Iahan dan malu-malu, ia berkata: "Bapaku mengundang tuan, karena ia hendak membalas kebaikan tuan, meminumkan kambing kami." Tatkala Musa tiba di hadapan bapa perempuan itu (Nabi Syuaib), lalu Musa menceritakan akan kisahnya dari awal sampai ia berjumpa Nabi Syuaib itu.
26. Berkata salah seorang anaknya: "Hai bapa! Ambillah Musa itu untuk bekerja bersama kita (orang upahan) karena sebaikbaik orang upahan ialah yang kuat lagi lurus seperti dia itu."
Pekerjaan Nabi Musa A.S. setiap hari adalah menggembalakan kambing Nabi Syuaib. Setelah Musa dewasa, beliau diangkat oleh Allah menjadi rasul-Nya untuk menyampaikan seruan Tuhan kepada umat yang durhaka (Fir'aun dan kaumnya). Nabi Syu'aib A.S. mengambil Nabi Musa A.S. menjadi menantunya.
Allah berfirman di dalam AI Qur'an surat Al Qashash ayat 27-28 yang artinya sebagai berikut.
27. Berkata bapanya (Nabi Syuaib) kepada Musa A.S.: "Saya hendak mengawinkan engkau dengan salah seorang anakku ini, dan yang menjadi em as kawinnya ialah engkau bekerja bersama kami selama delapan tahun. Jika engkau sempurnakan sepuluh tahun, maka itu terserah kepada engkau sendiri. Saya tidak mau menyusahkan engkau, engkau bakal melihat bahwa saya adalah seorang yang baik, Insya Allah (jika dikehendaki Allah)."
28. Berkata Musa seraya menerima maksud Nabi Syuaib itu: "ltulah perjanjian antaraku dan antaramu, mana-mana yang saya turut diantar dua perjanjian itu (8 atau 10) tiadalah menjadi kezaliman (keberatan) atasku. Allah menjadi saksi atas perjanjian kita itu."
C. Nabi Musa A.S. Kembali ke Negeri Mesir
Nabi Musa A.S. meminta izin kepada mertuanya (Nabi Syuaib) untuk kembali ke Mesir bersama isterinya. Nabi Syuaib mengabulkan permintaan menantunya. Nabi Syuaib juga seorang Rasul Allah, sehingga mengerti dan maklum pula atas kewajiban menantunya selaku pesuruh Allah. Berangkatlah Nabi Musa A.S. bersama isterinya ke Mesir melalui jalan kecil karena takut akan ditangkap oleh matamata Fir'aun.

D. Nabi Musa A.S. Berhadapan dengan Fir'aun
Setelah Nabi Musa A.S. berada di Mesir, beliau pun berhadapan kembali dengan raja Fir'aun. Fir'aun bukan main marahnya atas kedatangan Musa yang selama ini dicari, kini telah datang untuk melawannya. Fir'aun mengatakan bahwa Nabi Musa A.S. adalah tukang sihir. Fir'aun mengumpulkan tukang-tukang sihirnya untuk bertanding melawan Nabi Musa A.S. di suatu arena yang telah ditentukan waktu dan tempatnya.
Allah berfirman di dalam AI Qur'an surat Thaahaa ayat 57-73 yang artinya sebagai berikut.
57. Berkata Fir'aun: "Adakah engkau datang kemari hendak mengusir kami dari negeri kami dengan kepandaian sihirmu, hai Musa?"
58. Demi itu, akankami datangkan pula ancaman sihir itu. Maka berbuatlah janji antara kami dengan engkau, yang tak dapat dipungkiri, pada suatu tempat yang di tengah-tengah kota letaknya.
59. Sahut Musa: "Waktu perjanjian itu lebih baik pada hari perhiasan (Hari Raja), di sana dihimpunkanlah segala manusia, sebelum tinggi matahari."
60. Maka pergilah Fir'aun dan dihimpunlah segala tipu dayanya (orang-orang pandai sihir), kemudian tibalah masa yang dijanjikan itu.
61. Berkata Musa kepada mereka itu: 'I\mat celaka kamu, janganlah kamu mengada-adakan dusta atas Allah dengan membohong, maka akan dibinasakannya kamu dengan siksa-Nya."
62. Sungguh merugilah orang yang mengada-adakan dusta itu, maka mereka itu berbantah-bantah (berunding) dengan sesama dan merahasiakan (ten tang perundingannya) itu.
63. Berkata mereka: "Sesungguhnya dua orang itu tukang sihir. Keduanya bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negerimu (Mesir) dengan kepandaian sihirnya, dan hendak memusnahkan jalan agama kamu, yang lebih lurus."
64. Sebab itu Iiimpunkanlah orang-orang pandai sihir di negerimu ini, kemudian datanglah kamu berbaris-baris, pada hari ini bahagialah siapa yang menang.
65. Berkata ahli sihir: "Ya Musa! Adakah engkau yang akan melemparkan tongkat lebih dahulu, atau kami yang akan memulai lebih dahulu ...
66. Sahut Musa: "Baiklah kamu lemparkan lebih dahulu." Lalu mereka lemparkan, tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat merek menjadi ular yang menjalar, disebabkan sihir mereka.
67. Lalu Musa merasa ketakutan dalam hatinya (karena melihat sihir mereka itu).
68. Kami berfirman: "janganlah engkau ketakutan (cemas), hai Musa! Sesungguhnya engkaulah yang bakal unggul."
69. Lemparkanlah tongkat yang di tangan kanan itu, nanti akan menelan segala apa yang menjadi buatan mereka. Sesungguhnya apa yang mereka kerjakan itu semata-mata tipu daya tukang sihir saja. Dan dengan cara bagaimana pun juga, mereka takkan berhasil melakukannya."
70. Kemudian segala tukang sihir itu tunduklah bersujud kepada Allah, seraya berkata: "Telah percayalah kami kepada Tuhannya Harun dan Musa (Allah)."
71. Berkata Fir'aun: ';4.dakah kamu berani percaya kepadanya sebelum aku izinkan lebih dahulu? Sungguh adalah dia itu seorang gurumu yang mengajarkan kamu kepandaian sihir itu. Sesungguhnya akan aku po tong tangan dan kakimu bertimbal balik (tangan kanan bersama kaki kiri) dan saya salib kamu di pohon tamar, supaya kamu mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih siksanya dan lebih kekal."
72. Sahut mereka: 'Tiadalah kami melebihkan engkau daripada menurut keterangan yang telah datang kepada kami atas kebenaran Musa, dan Allah menjadikan kami. Sebab itu berbuatlah apa yang engkau suka terhadap kami. Sesungguhnya engkau hanya dapat menghukum semasa di dunia ini."
73. Sesungguhnya kami telah percaya kepada Tuhan kami, semoga la memberi ampun kepada Kami, dan tentang sihir yang telah engkau paksakan kepada kami buat itu. Allah yang sebaik-baik memberi balasan dan lebih kekal siksaan-Nya.
Melihat tukang-tukang sihir dan isterinya (Siti Asiyah) telah beriman kepada Nabi Musa A.S., Fir'aun bertambah marah. Isterinya disiksa sampai mati dan orang-orang yang beriman juga disiksa dari raja Fir'aun. Akhirnya Nabi Musa A.S. beserta orang-orang yang beriman, melarikan diri dari kota Mesir. Dikejarnya mereka oleh Raja Fir'aun beserta pengawal-pengawalnya sampai ke Laut Merah.

E. Fir'aun dan Tentaranya Tenggelam di Laut Merah
Nabi Musa A.S. beserta orang-orang yang beriman telah sampai ke dekat Laut Merah. Fir'aun serta balatentaranya pun telah dekat ke tempat itu. Nabi Musa A.S. sudah terdesak oleh musuh, akan lari ke sebelah kanan dan kiri, sudah dikepung musuh, akan mundur ke belakang musuh pun juga ada di sana. Akan lari terus, lautan terbentang di hadapannya.
Sewaktu Nabi Musa dalam kebingungan, Allah mewahyukan kepadanya agar memukulkan tongkatnya ke laut. Setelah tongkat Nabi Musa dipukulkan ke laut, tiba-tiba air laut menjadi tersibak, terbelah menjadi dua bagian, jalan yang panjang telah terbentang ke seberang.
Allah berfirman di dalam AI Qur'an surat AI Baqarah ayat 50 yang artinya: "Ingatlah ketika Kami belah air Laut Merah untuk meneruskan perjalanan kamu, maka kami lepaskan kamu dengan selamat dim Kami tenggelamkan keluarga Fir'aun, sedang kamu melihat (terjadinya peristiwa itu)."
Allah berfirman di dalam Al Qur'an surat Thaahaa ayat 77-79 yang artinya:
77. Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepada Musa A.S. supaya ia berjalan malam hari beserta hamba-Ku (dari Mesir). Maka jadilah jalan yang kering dalam lautan itu, dan jangan engkau takut akan dapat dikejar Fir'aun dan jangan pula khawatir akan tenggelam.
78. Kemudian Fir'aun mengejar mereka itu bersama tentaranya (setelah sampai di tengah laut) maka mereka ditutup oleh air laut, lalu tenggelamlah semuanya.
79. Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk.
F. Nabi Musa dan Nabi Harun
Sekali pun Fir'aun tidak ada lagi, tetapi bekas-bekas peninggalannya (kekufuran kepada Allah) telah menjiwai rakyatnya. Umat manusia pad a waktu itu susah sekali diberi nasehat dan diperbaiki budi pekertinya. Karena itu Nabi Musa A.S. memohon kepada Allah agar menjadikan Nabi Harun (saudaranya) selaku pembantunya.
Allah berfirman di dalam AI Qur'an surat Al Qashash ayat 33-35 yang artinya sebagai berikut.
33. Berkata Musa: "Ya Tuhanku! Saya telah membunuh seorang di antara mereka itu, sebab itu saya khawatir, kalau-kalau mereka membunuh saya."
34. Oleh karena itulah agar ia (Harun) bersama-sama saya sebagai pembantu, untuk membenarkan perkataanku, sungguh saya takut, kalau-kalau mereka mendustakan saya.
35. Allah berfirman: "Akan Kami bantu engkau dengan saudara engkau itu (Harun) dan Kami berikan kepada kamu berdua keterangan yang kuat, sehingga mereka tidak sanggup mengalahkanmu. Pergi/ah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (keterangan mukjizat). Kamu beserta orang-orang yang mengikut kamu, akan beroleh kemenangan."

G. Umat Nabi Musa A.S. Menyembah Patung Sapi
Nabi Musa A.S. pergi ke Bukit Thursina untuk menerima wahyu dari Tuhan (Kitab Taurat) selama 40 malam. Ditinggalkanlah umatnya di bawah pengawasan saudaranya, yaitu Nabi Harun A.S. Saat itulah sebagian besar umatnya menjadi murtad, menyembah patung sapi dari emas yang dibuat oleh Samiri.
Samiri adalah keturunan dari mereka yang berasal dari bangsa Samirah. Samiri membuat patung sa pi betina dari emas, kemudian dimasukkannya segumpal tanah bekas dipijak Jibril, sehingga patung itu dapat bersuara.
Menurut sejarah, sewaktu Nabi Musa A.S. akan melalui lautan yang sudah menjadi jalan, rupanya kendaraan Nabi Musa A.S. tidak mau masuk laut. Dengan kekuasaan allah, didatangkanlah Malaikat Jibril mengendarai seekor kuda betina. Melihat kuda betina masuk laut, maka kuda jantan pun berusaha mengejar dari belakang sehingga sampailah ke seberang dengan selamat.
Bekas debu kuda Jibril inilah yang diambil oleh bangsa Samiri dan dimasukkan ke dalam patung sapi betina. Patung sapi itulah yang disembah-sembah mereka, karena tipu daya si Samiri yang munafik itu.
Nabi Harun telah bersusah payah melarang mereka menyembah patung tersebut, tetapi mereka tidak mau mengindahkan nasehatnya. Bahkan semakin keras NabF Harun mencegah tindakan mereka, makin melawan mereka. Sampai-sampai mereka berniat untuk membunuh Nabi Harun.
H. Ummat Nabi Musa Ingin Melihat Tuhan
Ummat Nabi Musa A.S. adalah ummat yang keras kepala. Hatinya telah tertutup oleh kekufuran yang ditanamkan Fir'aun selama ini. Sifat kekufuran tidak mudah dihilangkan begitu saja dari hati mereka. Apa yang diperintahkan kepadanya, tidak diindahkan. Apa yang dilarang oleh Allah justru menjadi kesukaan mereka. Apabila diseru untuk beriman kepada Allah, mereka dengan berani menantang: "Hai Musa! Perlihatkanlah kepada kami bagaimana rupanya Tuhan itu dan bilamana kami telah melihatnya barulah kami beriman kepada-Nya."
Orang-orang yang ingin melihat Tuhan itu dibawa oleh Nabi Musa ke suatu tempat. Musa mengatakan kepada mereka, supaya mereka menatap kepada sebuah gunung. Mereka pun mengikuti apa yang dikatakan oleh Nabi Musa. Tiba-tiba datanglah halilintar menyambar mereka sampai mereka tak sadarkan diri.
Demikianlah nasib mereka yang ingin melihat Tunan, melihat cahaya kilat (halilintar) saja mereka tidak sanggup, apalagi kalau melihat Tuhan. Namun mereka tetap tidak percaya kepada Allah, mereka mempertanyakan tentang adanya Tuhan. Mereka tidak percaya bahwa di dunia ini tidak ada satu pun juga zat yang menyerupai Allah. Allah zat-Nya tidak dapat dilihat oleh mata manusia, tetapi Tuhanlah yang melihat segala makhluknya. Di mana pun berada tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Tuhan.
Kelakuan orang Israil diterangkan oleh Allah di dalam AI Qur'an surat AI Baqarah ayat 55-56 yang artinya sebagai berikut.
55. lngatlah hai Bani lsrail ketika kamu berkata: "Hai Musa! Kami takkan percaya kepada engkau sebelum kami melihat Allah itu terang-terangan (dengan mata kepala kami). Maka halilintarlah yang datang menyambar kamu, sedang kamu melihatnya, hingga mati semua."
56. Kemudian kami hidupkan kamu sesudah mati itu. Mudah-mudahan kamu bersyukur kepada Kami.

I. Umat Nabi Musa Terkurung di Padang Tih
Pada suatu ketika datanglah perintah dari Allah kepada mereka supaya berhijrah ke tanah sud. Allah melarang untuk tinggal di negeri Mesir, sebab orang-orang yang berada di Mesir adalah orang-orang berjiwa perbudakan (bekas perbudakan Fir'aun) dan berakhlak tidak baik. Keimanan mereka terhadap Tuhan tidak ada sarna sekali. Jika orang-orang Bani Israil yang telah menjadi 'pengikut Nabi Musa A.S. bercampur dengan orang-orang yang tak baik, niscaya jiwa mereka yang baik itu sedikit demi sedikit akan terpengaruh juga.
Hikmah dari Allah adalah menyuruh mereka supaya berhijrah ke daerah Baitul Maqdis. Tetapi mereka tidak mau menuruti' perintah Allah.
Banyak alasan yang dikemukakan oleh mereka, di antaranya bahwa di Baitul Maqdis banyak terdapat orang-orang Jabarin (orang-orang yang kuat dan gagah perkasa) sehingga mereka menjadi takut.
Karena mereka mengingkari perintah Allah, maka Allah telah mengurung mereka. Mereka menjadi tidak tahu jalan masuk ke negeri Baitul Maqdis. Mereka berputar-putar saja di padang Tih selama 40 tahun. Hal ini terjadi ketika mereka lepas dari pengejaran Fir'aun. Sayangnya mereka telah melupakan pertolongan Allah yang telah diberikan kepada mereka. Apa yang mereka makan selama 40 tahun sewaktu dalam kebingungan itu Allah ceritakan di dalam AI Qur'an surat Al Baqarah ayat 57 yang artinya: "Kami lindungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu makanan yang bernama "Manna dan Salwa," seraya Kami berkata: "Makanlah olehmu rezeki yang baik yang telah Kami anugerahkan kepadamu, dan tiadalah kami menganiaya mereka, akan tetapi mereka menganiaya diri mereka sendiri.
Orang yang durhaka kepada Allah adalah orang yang telah mendapat pertolongan dari-Nya, dan mereka tidak juga mensyukuri anugerah Allah. Demikian pula halnya dengan orang Bani Israil, mereka tidak bersyukur kepada Allah dengan turunnya makanan yang berupa Manna dan Salwa. Bahkan mereka berkata sebagaimana yang telah diterangkan oleh Allah di dalam AI Qur'an surat AI Baqarah ayat 61 yang artinya:
lngatlah ketika kamu berkata: "Ya Musa! Tiada sabar kami (tidak tertahan nafsu kami) jika makanan itu semacam saja, mintakanlah kepada Tuhanmu, supaya ditumbuhkan-Nya bagi kami bermacam tumbuhtumbuhan, yaitu sayuran, mentimun, bawang putih, adas dan bawang merah." Berkata Musa: "Maukah kamu bertukar barang yang baik dengan barang buruk? Berangkatlah kamu ke kota, di sana dapat memperoleh apa-apa yang kamu minta." Maka mereka ditimpa kehinaan dan kemiskinan dan mereka kembali sambil mendapat kemarahan dari Allah. Yang demikian itu sebabnya ialah, karena mereka itu kaJir akan ayat-ayat Allah dan membunuh beberapa Nabi dengan tiada berdasarkan kebenaran, yang demikian itu ialah disebabkan mereka durhaka serta melampaui batas."
Orang-orang Israil mengalami kesesatan (tidak tahu jalan) untuk masuk kota selama 40 tahun. Kemudian ditunjukkanlah oleh Allah;' jalan bagi mereka untuk masuk kota. Allah berkehendak kepada mereka bahwa di pintu kota, hendaklah mereka minta ampun dengan ucapan "Hiththah," tetapi mereka mengganti kalimat terse but dengan ucapan "Hithan" yang artinya minta gandum.
Allah berfirman di dalam AI Qur'an surat AI Baqarah ayat 58-59 yang artinya:
57. Ketika itu Kami berkata: "Masuklah kamu ke dalam negeri ini (Baitul Maqdis) dan makanlah kamu di dalamnya dengan bersenangsenang sebagaimana yang kamu kehendaki dan masuk/ah kamu ke dalam pintunya dengan bertunduk, dan bacalah olehmu Hithtah (Ya, Allah ampunilah kami), niscaya Kami ampuni kesalahanmu, dan nanti akan Kami tambah pahala orang yang berbuat baik."
58. Tetapi orang-orang yang aniaya mengubah dengan perkataan yang tiada dikatakan kepadanya, maka Kami turunkan kepada orangorang yang aniaya itu siksaan dari langit oleh karena mereka fasik."

J. Umat Nabi Musa dan Pekerjaannya
Ummat Nabi Musa A.S. pekerjaannya kebanyakan adalah menangkap ikan. Allah telah menguji mereka dengan ikan yang banyak. Pada hari Sabtu keluarlah ikan besar-besar ke pinggir laut, tetapi pada hari yang lain keadaannya tidak seperti itu. Umat Nabi Musa A.S. rupanya tidak rela membiarkan rezeki yang banyak itu terlepas begitu saja, padahal hari Sabtu adalah hari besar bagi umat yang beriman kepada Allah. Jika dibandingkan, hari Sabtu itu adalah hari Jum'at di zaman sekarang. Hari Jumat adalah hari besar bagi umat Islam. Umat Islam wajib menjalankan ibadah kepada Allah dengan mengerjakan sembahyang Jumat
pad a hari tersebut. Besar dosanya di sisi Allah apabila umat Islam meninggalkan sembahyang Jumatnya, kecuali jika ada halangan tertentu yang boleh mengi-ngga1kart Jum'at itu.
Demikianlah, hari Sabtu pad a zaman Nabi Musa A.S harus mereka gunakan untuk beribadah kepada Allah. Orang-orang Israil membuat cara lain (helah), yaitu ketika mereka tidak boleh menangkap ikan pada hari Sabtu, mereka membuat perangkap ikan pada hari lain. Ketika datang hari Sabtu, ikan besar-besar telah kelihatan di pinggir-pinggir pantai dan masuk ke dalam perangkap mereka masing-masing, bukan main girangnya. Mereka tidak jadi beribadah kepada Allah. Keadaan yang demikian berarti telah melanggar hukum Tuhan. Akhirnya mereka disumpahi menjadi kera, maka jadilah mereka itu kera.
Allah berfirman di dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 65-66 yang artinya:
65. Sesungguhnya telah Kami ketahui di antara orang-orang yang melanggar peraturan pada hari Sabtu. Berkata Kami: 'Jadi keralah kamu yang sehina-hinanya."
66. Maka Kami jadikan yang demikian itu satu pelajaran bagi orangorang pada masa itu dan bagi orang-orang yang kemudiannya dan menjadi pengajaran bagi orang yang takut.
K. Manusia yang Membunuh Orang Tuanya
Pada zaman Nabi Musa A.S., ada seorang anak yang membunuh orang tuanya. Orang tersebut sangat tamak kepada harta benda. Dia sangat mengharapkan harta pusaka dari orang tuanya, orang tuanya kebetulan agak panjang usianya. Karena orang tersebut rakus dan tamak, ia menginginkan supaya orang tuanya lekas mati. Dia sampai hati membunuh orang tuanya, mengharapkan supaya lekas mewarisi hartanya. Demikianlah budi pekerti manusia yang tak mempunyai perikemanusiaan.
Setelah orang tuanya dibunuh, maka jenazahnya diletakkan di antara dua kampung. Dia pura-pura menangis dan bertanya-tanya siapakah gerangan orang yang membunuh orang tuanya. Penghuni kampung yang sebelah menuduh kepada kampung yang lain, penduduk yang sebelah lagi demikian pula. Terjadilah saling menuduh terhadap penduduk antarkampung. Akhirnya terjadilah pertengkaran yang membawa perkelahian besar.
Selanjutnya mereka datang kepada Nabi Musa A.S. supaya dicarikan siapakah gerangan pembunuhnya. Selanjutnya Nabi Musa menyuruh mereka menyembelih sa pi. Ekor sa pi itu dipukulkan kepada si mayat itu. Kemudian dengan izin Tuhan, orang itu hidup kembali serta dapat mengabarkan siapa yang telah membunuhnya.
Sebelumnya mereka tidak percaya seraya berkata: "Hai Musa, apakah engkau akan mempermainkan kami? Kami menanyakan kepadamu siapakah yang membunuh orang tua ini, tetapi kamu menyuruh kami menyembelih sapi. Apa hubungan hal ini dengan sapi?"
Allah berfirman di dalam AI Qur'an surat AI Baqarah ayat 67-73 yang artinya sebagai berikut.
67. Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Milsa menjawab: ';4.ku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil."
68. Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu?" Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berJirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu, maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. "
69. Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami apa warnanya." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu yang kuning, tua warnanya lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya."
70. Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakekat sapi itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sap; itu)."
71. Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakekat sapi betina yang sebenarnya." Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.
72. Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh-menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkap apa yang selama ini kamu sembunyikan
73. Lalu Kami berfirman: "Pukul/ah mayat itu dengan sebagian anggota sapi betina itu!" Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang yang telah mati, dan memperlihatkan kepadamu tandatanda kekuasan-Nya agar kamu mengerti.
Akhirnya rahasia pembunuhan itu terbongkar. Harta pusaka yang tadinya akan diwariskan kepada anaknya itu, tidak jadi diwariskan kepada anaknya. Dalam agama Islam tidak diperbolehkan ahli waris menerima pusaka apabila dia berbuat aniaya (membunuh orang tuanya). Demikianlah Allah membuka rahasia manusia dengan cara bagaimana saja. Allah tidaklah menyukai orang yang aniaya (zalim).

L. Qarun, Seorang Kaya Raya yang Durhaka
Pada zaman Nabi Musa ada seorang kaya raya bernama "Qarun."
Kekayaan orang ini tak ada bandingannya pada masa itu. Apabila kunci dari lemari kekayaannya dipikulkan kepada orang banyak, mereka pun akan berat memikulnya. Sayangnya ia adalah seorang yang sangat durhaka kepada Allah, orang tersebut sangat bakhil. Apabila disuruh mengeluarkan zakat harta, sedekah dan sebagainya ia malas dan enggan. Ia mengira bahwa seolah-olah harta benda itu akan kekal bersamanya. Dia sombong dan angkuh kepada manusia dan berbudi kasar.
Allah berfirman di dalam AI Qur'an surat AI Qashash ayat 76-82 yang artinya sebagai berikut.
76. Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (/ngatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: 'Janganlah kamu terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri."
77. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
78. Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwa Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.
79. Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya, dan berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Semoga kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar."
80. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besar bagimu, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar."
81. Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi.Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yyang menolongnya terhadap azab Allah, dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).
82. Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata: 'i\duhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita, benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula), aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat) Allah ..•

M. Nabi Musa A.S. dengan Nabi Khadhir
Allah berfirman di dalam AI Qur'an surat AI Kahfi ayat 60 sampai dengan 82 yang artinya sebagai berikut.

60.Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: 'i\ku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun."
61.Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.
62.Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalan kita ini."
63. Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlin dung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali."
64. Musa berkata: "ltulah (tempat) yang kita cari." Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
65.Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hambahamba Kami, yang telah kami berikan kepadanya ilmu dari sisi Kami.
66.Musa berkata kepada Khadhir: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"
67.Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku."
68.Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup ten tang hal itu?
69.Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak menentangmu dalam sesuatu urusan pun."
70.Dia berkata: "jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku ten tang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu."
71.Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khadhir melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya kamu telah berbuat suatu kesalahan yang besar."
72. Dia (Khadhir) berkata: "Bukankah aku telah berkata, "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku."
73.Musa berkata: 'Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku."
74.Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khadhir membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar."
75.Khadhir berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?"
76. Musa berkata: 'Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkah aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku."
77.Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khadhir menegakkan dinding itu. Musa berkata: 'Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu."
78.Khadhir berkata: "lnilah perpisahan antara aku dengan kamu; aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya."
79.Adapun bahtera itu' adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.
80.Dan adapun anak itu, maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.
81.Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).
82.Adapun din ding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanan itu, sebagai rahmat dari Tuhan, dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak sabar terhadapnya. "

N. Hikmah yang Terkandung dari Kisah Nabi Musa dan Nabi Harun
1. Nabi Musa A.S. dilahirkan di tengah-tengah masyarakat yang tak mempunyai perikemanusiaan (raja zalim) yang memerintahkan untuk membunuh bayi laki-Iaki dari bangs a Bani Israil, tetapi Nabi Musa A.S. selamat dari bencana itu dengan izin Allah.
2. Manusia mempunyai rencana, dan Allah pun mempunyai rencana, maka rencana Allahlah yang merupakan sebaik-baik rencana.
3. Nabi Musa A.S. dipertemukan kembali dengan ibunya oleh Allah, tetapi manusia tidak ada yang mengetahuinya. Ibunya tinggal bersama dia di istana raja untuk mengasuh dan memeliharanya. Ibunya merasa aman karena tidak takut lagi anaknya akan dibunuh.
4. Setelah Nabi Musa A.S. menjadi dewasa, beliau diangkat oleh Allah menjadi rasul untuk menaklukkan Fir'aun, sehingga Fir'aun ditenggelamkan oleh Allah di lautan merah.
5. Nabi Musa A.S. mempunyai tugas-tugas yang berat, beliau bermohon kepada Tuhan agar saudaranya (Harun) dijadikan pembantunya. Doa Nabi Musa dikabulkan oleh Allah. Nabi Harun diangkat Allah menjadi Rasul pula.
6. Umat lsrail yang dahulu diperbudak dan dijajah oleh Fir'aun, dilepaskan oleh Allah dari keadan itu, sayangnya kebanyakan mereka tidak mau bersyukur kepada Allah.
7. Karena tingkah lakunya, maka umat lsrail disiksa oleh Allah dengan bermacam-macam siksaan, di antaranya mereka terkurung di padang Tih selama 40 tahun, ada yang menjadi kera dan sebagainya.
8. Umat lsrail yang dahulu menjadi ummat mulia (keturunan rasulrasul), karena durhaka kepada Allah, sampai sekarang menjadi umat yang hina dan kebanyakan mereka beragama Yahudi.
0 komentar:

Posting Komentar

ALEXA

Mengenai Saya

Foto saya
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (Qs. Al-Anbiyaa:35) Semoga menjadi kenangan Disaat saya Tidak Lagi Di Dunia Ini

Followers